Born without arms or legs, motivational speaker and evangelist Nick Vujicic shares the unique perspective he’s discovered through a life of adapting and overcoming, along with key insights, inspiration, and hope from God’s Word.
Terlahir tanpa lengan atau kaki, motivator dan pembicara Nick Vujicic berbagi perspektif unik yang dia temukan melalui kehidupan dengan cara beradaptasi dan melampaui, melalui pencerahan, inspirasi, dan harapan dari Firman Tuhan.
First Day of School
Go figure. As a little kid, I didn’t really realize I was different until I showed up to my first day of school.
That first day of kindergarten was a disaster! My mom remembers how I couldn’t stop crying. See, I was born without arms and legs. And growing up, my parents treated me just like a normal kid. Because I was a normal kid! Apparently my classmates couldn’t handle the shock of seeing a kid without limbs. Some laughed. Some freaked out. Others just avoided me.
Hari Pertama Sekolah
Coba perhatikan. Sebagai anak kecil, aku tidak begitu sadar bahwa aku berbeda sampai aku masuk di hari pertama sekolahku.
Hari pertama masuk TK waktu itu adalah sebuah bencana! Ibuku pasti ingat bagaimana aku tidak bisa berhenti menangis. Lihatlah, aku lahir tanpa lengan dan kaki. Kemudian aku tumbuh dewasa, orang tuaku memperlakukan aku seperti anak normal. Karena aku memang normal! Rupanya teman sekelasku tidak bisa mengatasi keterkejutan melihat anak tanpa anggota badan. Beberapa tertawa. Beberapa panik. Yang lain hanya menghindariku.
This experience was just the beginning of a long journey toward finding my identity. I’ve had my ups and downs, and even a season of depression in my teen years. But through it all, I’ve learned to let God define me. Not others who see me.
Pengalaman ini barulah sebuah permulaan dari sebuah perjalanan panjang untuk menemukan identitasku. Aku mengalami pasang surut, dan bahkan musim depresi di tahun-tahun remaja saya. Tapi melalui semua itu, saya telah belajar menyerahkan kepada kehendak Tuhan dalam hidup saya. Bukanlah orang lain yang melihat saya.
Now that I’m an adult, I’ve grown familiar with double takes. Everywhere I go, I can feel people glancing in my direction. But here’s what God has done. He’s taught me to use those otherwise awkward moments for His glory. He’s taught me to catch people’s eyes and to smile back until they smile, too.
Sekarang setelah aku dewasa, aku sudah terbiasa dengan kebutuhan ganda. Ke mana pun saya pergi, saya bisa merasakan orang melirik ke arah saya. Tapi inilah yang Tuhan kehendaki. Dia mengajariku untuk menggunakan saat-saat yang sepertinya tidak lazim bagi kemuliaan-Nya. Dia mengajariku agar menangkap tatapan mata orang lain dan tersenyum sampai mereka membalas tersenyum juga.
Life without limbs has opened up incredible opportunities to touch people, and meet them in their weakness. Jesus taught me to smile, to talk and to reflect His love. And by the way, once I got to know my little kindergarten buddies, we got along just fine!
Hidup tanpa tangan dan kaki telah membuka kesempatan luar biasa untuk menyentuh hidup orang-orang lain, dan bertemu mereka dalam kelemahan mereka. Yesus mengajari saya untuk tersenyum, berbicara dan mencerminkan cinta-Nya. Dan omong-omong, begitu aku mengenal teman-teman kecilku di TK, kami bisa bergaul dengan baik juga!
How Come You Smile So Much?
People often ask me, “Nick, how come you smile so much?”
Well, it hasn’t always been this way. These days, I’ve got lots to smile about. In fact, my friends tell me I’m irrepressible. But when I was young, not so much. Most kids feel a little insecure, but I really struggled with my fears. Other kids kept telling me I wasn’t good enough, reinforcing my own doubts that I would never amount to anything. And I got down, man. Seriously depressed. No one was more shocked than my parents when they gave birth to a little boy without arms and legs. No one saw it coming. Three ultrasounds and all the doctors missed it. Life without limbs is tough to deal with.
Bagaimana Kau Bisa Banyak Senyum?
Orang sering bertanya kepada saya, "Nick, bagaimana Anda bisa begitu sering tersenyum?"
Yah, sebelumnya tidak selalu seperti itu. Hari-hari ini, aku memiliki banyak hal yang dapat membuatku tersenyum. Kadang, teman-temanku mengatakan bahwa aku seperti tidak punya beban. Tapi saat aku masih muda tidak begitu. Kebanyakan anak lain merasa sedikit tidak nyaman, tapi sebetulnya aku benar-benar berjuang dari ketakutanku. Anak-anak lain terus mengatakan bahwa aku tidak cukup baik, memperkuat keraguan saya sendiri bahwa saya tidak akan pernah berarti apa-apa. Dan aku terpuruk, Bung. Benar-benar depresi berat. Tidak ada yang lebih kaget selain orang tuaku saat mereka melahirkan anak laki-lakinya tanpa lengan dan kaki. Tidak ada yang menyangka. Tiga kali USG dan semua dokter tidak mengetahuinya. Hidup tanpa lengan dan kaki sangat sulit.
As a kid, I eventually learned to cope with the teasing. But there came a time in my own heart when I really wondered if I could go on. At my lowest moment, God taught me to smile. It was nothing I did for myself. It’s what Jesus did for me.
Sebagai seorang anak kecil, akhirnya aku belajar mengatasi ejekan tersebut. Tapi ada saatnya aku sendiri merasa, saat aku benar-benar bertanya-tanya apakah aku bisa terus maju. Di saat yang paling rendah dalam hidupku, Tuhan mengajariku untuk tersenyum. Itu bukan apa yang aku lakukan untuk diriku sendiri. Itulah yang Yesus lakukan untukku.
So now when people ask, “Hey, Nick, how come you smile so much?” I’m ready with an answer. I smile because I’m loved. And second, I smile because everything’s going to be okay.
Jadi sekarang ketika orang bertanya, "Hei, Nick, kenapa kamu sering kali tersenyum?" Aku siap dengan sebuah jawaban. Aku tersenyum karena aku dicintai. Dan kedua, aku tersenyum karena semuanya akan baik-baik saja.
Hey, when the world says you’re not good enough, get a second opinion. Ask Jesus. He’ll give you every reason in the world to smile.
Hei, ketika dunia bilang kamu tidak cukup baik, dapatkan pendapat lain. Tanyakan pada Yesus, Dia akan memberimu cukup alasan di dunia ini untuk tersenyum.
The “I” Word
Ever had someone crush your dream? It sounds something like this: “What? You wanna do what? You gotta be kiddin’ me! You’re outta your mind!” Then they drop the I-bomb. They say, “That’s impossible!” It’s especially painful when someone we respect lets this ominous word slip out.
Kata Dengan Huruf "I"
Pernahkah seseorang menghancurkan mimpimu? Kedengarannya seperti ini: "Apa? Kamu ingin melakukan apa? Kamu pasti bercanda ya! Kamu sudah kehilangan akal sehatmu! "Kemudian mereka menjatuhkan bom "I". Mereka berkata, Itu tidak mungkin! "Impossible." Ini sangat menyakitkan ketika seseorang yang kita hormati membiarkan kata-kata yang tidak menyenangkan ini terucap.
Well, I’m just stubborn enough, just old enough, just seasoned enough, to quit paying attention to the word, impossible. God’s given me a filter for dismissing the I-word! Because I know that with God nothing is impossible!
Yah, saya mungkin cukup keras kepala, cukup umur, cukup dengan pengalaman, untuk berhenti memperhatikan kata 'tidak mungkin'. Tuhan memberi saya filter untuk menolak kata-kata 'impossible' itu! Karena saya tahu bahwa bersama Tuhan tidak ada yang mustahil!
Imagine how my mom and dad felt. When I was born, they were overwhelmed, big time. You can’t blame them! They couldn’t imagine having the strength and patience to take care of a limbless little boy. But God stepped in and graciously provided everything they needed.
Bayangkan, bagaimana perasaan ibu dan ayahku. Ketika aku lahir, mereka kewalahan, sangat kewalahan. Anda tidak bisa menyalahkan mereka! Mereka tidak bisa membayangkan dapat memiliki kekuatan dan kesabaran untuk merawat anak kecilnya yang tanpa lengan dan kaki. Tapi Tuhan melangkah masuk dan dengan murah hati memberikan semua yang mereka butuhkan.
What’s got you down today? What’s overwhelming you? What stands in your way today as an impossibility? Have you ever noticed the first two letters in the word impossible? Yeah, I-M. Me, me, me. It’s time to take your eyes off yourself and fix them on the only One who can conquer any challenge.
Apa yang membuatmu murung hari ini? Apa yang membuatmu kewalahan? Apa yang menghalangi jalanmu hari ini sebagai sebuah kemustahilan? Pernahkah Anda memperhatikan dua huruf pertama dalam kata 'impossible'? Ya, I-M. I'm. Aku, aku, aku. Inilah saatnya untuk melepaskan pandangan Anda dari diri Anda sendiri dan arahkan hanya pada Pribadi yang bisa menaklukkan tantangan apapun.
When you do this, you’ll discover the greatest power in all of life. With God all things are possible. He can do it! That’s the reason we can say with full confidence, “I can do all things through Him who strengthens me”.
Bila Anda melakukan itu, Anda akan menemukan kekuatan terbesar dalam seluruh kehidupan. Dengan Tuhan segala sesuatu itu mungkin. Dia bisa melakukannya! Itulah alasan kita bisa mengatakan dengan penuh keyakinan, "Saya dapat melakukan semua hal melalui Dia yang menguatkan saya".
Winning at Life
I just love sports! I love the competition and that exciting energy you feel when a team works together for victory.
If you play soccer, football or any other competitive sport, you know the thrill of winning. There’s nothing better than defeating your opponent and clinching a title! In fact, sometimes I feel like God designed us to win!
Menang Di Dalam Kehidupan
Saya suka olahraga! Saya menyukai kompetisi dan energi yang muncul yang Anda rasakan, saat tim bekerja sama untuk meraih kemenangan.
Jika Anda bermain sepak bola, sepak bola atau olahraga kompetitif lainnya, Anda tahu sensasi kemenangan. Tidak ada yang lebih baik dari mengalahkan lawan dan meraih kemenangan! Sebenarnya, terkadang aku merasa, Tuhan merancang kita untuk menang!
When it comes to spiritual matters, God wants every one of us to be conquerors. And He’s provided a way for that to happen! But victory in life doesn’t necessarily come to those who are talented or athletic. It doesn’t come from being the most intelligent or the wealthiest. It doesn’t even come to those who play the game right.
No, victory comes when you surrender it all to Jesus Christ.
Ketika menyangkut masalah rohani, Tuhan ingin kita masing-masing menjadi penakluk. Dan Dia menyediakan jalan untuk mewujudkannya! Tapi kemenangan dalam hidup tidak selalu datang kepada mereka yang berbakat atau atletis. Itu tidak berasal dari yang paling cerdas atau paling kaya. Itu bahkan tidak datang kepada mereka yang memainkan permainan dengan benar. Tidak, kemenangan datang saat Anda menyerahkan semuanya kepada Yesus Kristus.
Have you made that decision yet? No matter what you’ve done, no matter what kind of dirt you may have in your past, the victory is yours when you say, “Jesus, forgive me of my sins. I need you. Come into my life and change me.”
Sudahkah kamu membuat keputusan itu? Tidak peduli apa yang telah Anda lakukan, tidak peduli apa pun jenis kotoran yang Anda miliki di masa lalu, kemenangan itu ada pada Anda saat Anda berkata, "Yesus, maafkan saya atas dosa-dosa saya. Aku membutuhkanMu. Datanglah ke dalam hidupku dan ubahlah aku. "
Are you ready to let Him in? Are you ready to give up trying to win at life on your own?
It’s time for you to give up the fight. Turn your battles over to the only One who can fight on your behalf. And when you finally do, He will make sure you win. Big time.
Apakah Anda siap untuk membiarkan Dia masuk? Apakah Anda siap untuk berhenti dan meletakkan kuasa Anda sendiri untuk menang dalam hidup Anda?
Inilah saat bagi Anda untuk menyerahkan pertarungan. Serahkan pertarunganmu ke Satu-SatuNya yang bisa bertarung untukmu. Dan ketika Anda akhirnya melakukannya, Dia akan memastikan Anda menang. Pasti.
High Hopes for Heaven
Imagine a place where every curse is reversed—no more sickness, no more pain. Everything is beautiful and the joy never ends. That’s where I’d like to be!
Harapan Yang Tinggi Akan Surga
Bayangkan sebuah tempat di mana setiap kutukan diputarbalikkan-tidak ada lagi penyakit, tidak ada lagi rasa sakit. Semuanya indah dan sukacita tidak pernah berakhir. Di situlah aku ingin tinggal!
When’s the last time you thought about heaven? I don’t mean just a passing thought, but really sat down to think about what life is gonna be like in eternity? I have to tell you, I think about it all the time! Don’t get me wrong. I love my life and all the opportunities I have to make a difference on earth. But even the greatest joys are nothing compared to what we’ll experience when we meet Jesus face-to-face and live with Him forever.
Kapan terakhir kali kamu memikirkan surga? Saya tidak bermaksud hanya pemikiran yang sambil lalu, tapi benar-benar duduk untuk memikirkan kehidupan seperti apakah keabadian? Saya harus memberitahu Anda, saya memikirkannya sepanjang waktu! Jangan salah sangka. Saya mencintai hidup saya dan semua peluang yang saya miliki untuk membuat perbedaan di bumi. Tetapi bahkan sukacita terbesar pun tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan kita alami saat kita bertemu Yesus, muka dengan muka, dan tinggal bersama Dia selamanya.
All the fears, the pain, difficulty, sorrow and wounds we experience right now will all become a distant memory when we join our Savior in heaven. And just think, all our physical ailments will be healed! I look forward to the day when I have arms and legs to run and jump and dance for joy over what my God has done.
Semua ketakutan, rasa sakit, kesusahan, kesedihan dan luka yang kita alami sekarang akan menjadi kenangan lama ketika kita menyatu dengan Juruselamat kita di surga. Dan coba pikirkan, semua penyakit fisik kita akan sembuh! Saya menantikan hari ketika saya memiliki lengan dan kaki untuk berlari dan melompat dan menari gembira atas apa yang telah dilakukan Tuhan saya.
So how about you? Do you look forward to heaven? If you believe in Jesus Christ, you have an amazing future ahead of you! Let that truth transform your life right now and give you hope.
Jadi bagaimana dengan Anda? Apakah Anda menantikan surga? Jika Anda percaya kepada Yesus Kristus, Anda memiliki masa depan yang menakjubkan di depan Anda! Biarkan kebenaran itu mengubah hidup Anda sekarang dan memberi Anda harapan.
Oh yeah, there’s one more thing I look forward to when I get to heaven. And that’s getting the opportunity to see you there! It’s going to be great.
Oh iya, ada satu hal lagi yang kuharapkan saat aku sampai ke surga. Dan itu mendapatkan kesempatan untuk melihat Anda di sana! Ini akan menjadi besar.
God is Enough
A wise friend once said to me, “Nicky, you may not have hands to hold your wife’s hands, but you don’t need hands to hold her heart!” These wise words were a powerful reminder to me that God is sufficient. He meets our every need.
Tuhan Itu Cukup
Seorang teman yang bijak pernah berkata kepada saya, "Nicky, Anda mungkin tidak memiliki tangan untuk memegang tangan istri Anda, tapi Anda tidak perlu tangan untuk memeluk hatinya!" Kata-kata bijak ini adalah pengingat kuat bagi saya bahwa dengan Tuhan segalanya akan dicukupi. Dia memenuhi setiap kebutuhan kita.
I’ve asked God for a lot of different things in my life. I don’t know if you’ve ever asked Him, “God, can I please have a million dollars?” Well, my prayer was this: “God, will you please give me arms and legs?” I’ve come to realize that our version of what we need rarely reflects God’s perfect plan. Our vision is so cloudy, so limited.
Aku telah meminta banyak hal dalam hidup kepada Tuhan. Saya tidak tahu apakah Anda pernah meminta kepada-Nya, "Tuhan, dapatkah saya mendapatkan satu juta dolar?" Nah, doa saya adalah ini: "Tuhan, tolong beri saya tangan dan kaki?" Kemudian saya menyadari bahwa versi kita tentang apa yang kita butuhkan jarang mencerminkan rencana Allah yang sempurna. Visi kita begitu kabur, sangat terbatas.
On the outside, I’m a little different than most people. But on the inside, I’m painfully normal. I struggle just like you do. But I’ve come to trust that God knows what’s best for me, and He provides everything I really need! This attitude kind of takes people off guard. At first they can’t figure me out. They don’t understand my smile or the sparkle in my eyes. Hey, it’s nothing I’ve done. It’s what Christ has done in me.
Di tampilan luar, saya sedikit berbeda dari kebanyakan orang. Tapi di dalam, saya juga sangat menderita seperti orang pada umumnya. Saya berjuang seperti Anda. Tapi saya percaya bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik untuk saya, dan Dia memberikan semua yang saya butuhkan! Sikap seperti ini membuat orang salah mengerti. Awalnya mereka tidak bisa memahami saya. Mereka tidak mengerti senyuman saya atau kilauan di mata saya. Hei, itu bukan saya yang melakukan. Itulah yang telah dilakukan Kristus dalam diri saya.
No matter what circumstances come your way, God’s grace is enough. And He has a purpose for your life. Whatever your plight, God is enough. He will meet your every need.
Tidak peduli keadaan apa yang akan menghampiri, anugerah Tuhan sudahlah cukup. Dan Dia memiliki tujuan untuk hidup Anda. Apapun keadaanmu, Tuhan sudah cukup. Dia akan memenuhi setiap kebutuhan Anda.
Tears in a Bottle
When was the last time you had a good cry? I mean, a real good eyelid-flippin’ cry?
Air Mata Di Dalam Botol
Kapan terakhir kali Anda menangis? Maksud saya, tangisan yang benar-benar membasahi kelopak mata?
A lot of guys my age think tears are a sign of weakness. When you show that kind of emotion, it’s considered wimpy and unmanly. The last thing you want is to be caught boo-hooing in front of your friends.
Banyak pria seusiaku yang mengira air mata adalah tanda kelemahan. Bila Anda menunjukkan emosi seperti itu, itu dianggap pengecut dan tidak jantan. Anda tidak menginginkan tertangkap basah meraung dalam tangis di depan teman Anda.
But I’ll confess I’ve spent a fair amount of private moments in tears. Sometimes it’s sadness. Sometimes it’s fear. Sometimes it’s disappointment or even anger. But the best kind of tears come when you just stop and admit to God that you’re done. The best tears flow when you realize you’re completely inadequate.
Tapi saya akan menyatakan bahwa saya telah menghabiskan banyak waktu dan kesendirian di dalam tangis. Terkadang dalam kesedihan. Terkadang itu adalah ketakutan. Terkadang kekecewaan atau bahkan kemarahan. Tapi air mata terbaik datang saat Anda berhenti dan mengakukan kepada Tuhan bahwa Anda telah menyerah. Air mata terbaik mengalir saat Anda menyadari bahwa Anda sama sekali tidak layak.
I’m not talking about having some kind of spoiled brat outburst. I’m talking about those sacred moments between you and God when you tell him He is God and you are not. When you admit that you cannot do this thing on your own. I can tell you from experience, when you reach that valley of brokenness, that’s when the growing and the healing begins.
Saya bukan berbicara tentang semacam tangisan anak manja yang nakal dan yang meledak-ledak. Saya berbicara tentang saat-saat sakral antara Anda dan Tuhan saat Anda mengatakan kepadanya bahwa Dia adalah Tuhan dan Anda tidak. Bila Anda mengakui bahwa Anda tidak dapat melakukan hal ini sendiri. Saya dapat memberitahukan kepada Anda dari pengalaman, saat Anda mencapai lembah kehancuran, saat itulah pertumbuhan dan penyembuhan dimulai.
Are you emotionally depleted today? At the end of yourself? Feeling finished? God knows. He hasn’t missed one single teardrop.
Friend, He’s storing your tears in a bottle. And He’s ready to let the healing begin.
Apakah Anda secara emosional terkuras hari ini? Sampai pada titik akhir dari dirimu sendiri? Merasa ini adalah akhir? Tuhan tahu. Dia tidak melewatkan satu pun tetesan air mata.
Sobat, Dia menyimpan air matamu di botol. Dan Dia siap untuk memulai menyelenggarakan penyembuhan.