Melumasi Pikiran Kita
Kelelahan emosional sering kali terjadi di tengah-tengah kita. Banyak dari kita tidak menyadari ketika hal ini menimpa, karena secara fisik hal ini tidak mudah dikenali. Biasanya, kelelahan emosional berkaitan dengan masalah yang amat sulit dan menyusahkan, mungkin tekanan untuk memberikan hasil, atau perasaan terjebak dalam rutinitas yang memaksa kita berjalan atau bahkan berlari di atas ban berjalan yang terus-menerus meningkatkan kecepatannya. Ada satu prinsip dasar yang perlu diterapkan dan terus dijaga selain berkecil hati; kita selalu diajarkan oleh orang tua untuk tidak menyerah. Ketekunan adalah sebuah moto yang sering kita dengar. Hadapilah masalah dengan cara yang berbeda jika metode yang Anda gunakan tidak berhasil. Jika pendekatan baru tersebut gagal, cobalah pendekatan lain hingga Anda benar-benar menemukan kunci bagi situasi tersebut.
“Jadi akhirnya, saudara–saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu,” Tulisan Sha’ul ha – Tarsi kepada sahabatnya di Yunani – 50 M.
Emotional fatigue is a silent companion in our daily lives, often creeping in unnoticed. Unlike physical exhaustion, it’s hard to pinpoint, making it all the more insidious. We face immense pressures— challenging problems, the relentless push to deliver results, or the monotonous grind of routines that feel like an accelerating conveyor belt. Yet, amidst this whirlwind, there’s a timeless principle our parents instilled in us: never give up. Perseverance is a mantra we hear often. If one approach doesn’t work, pivot and try another. And if that fails, keep innovating until you unlock the solution.
"So finally, brethren, whatsoever
things are righteous, all that is noble, whatsoever things are just, all that
is pure, whatsoever things are sweet, all that is pleasant to hear, all that is
called virtue and praiseworthy, think of all that," Sha'ul ha – Tarsi
to his Companion in Greece – 50 AD.
Selamat Dari Kecelakaan yang Mengerikan
Jerry Gibree selamat dari kecelakaan yang mengancam jiwa. Tulisan ini membantunya bergantung di saat mengalami masa–masa suramnya. Selama masa penyembuhannya, Jerry Gibree mulai disiplin membaca setiap hari The Valley of Vision. Bentuk puisi sederhana yang menyentuh jiwa dalam masa–masa gelap hidupnya, di saat segala sesuatu sepertinya tanpa harapan.
•· Biarkanlah saya belajar dari paradoks:
Bahwa jalan ke bawah adalah jalan naik,
Bahwa direndahkan adalah untuk menjadi tinggi,
Bahwa hati yang patah adalah hati yang disembuhkan,
Bahwa jiwa yang penuh kekecewaan adalah jiwa yang mudah menemukan sukacita,
Bahwa jiwa yang penuh sesal adalah jiwa yang menang,
Bahwa tidak memiliki apa–apa adalah memiliki segalanya,
Bahwa dengan menanggung penderitaan adalah kesempatan untuk memakai mahkota,
Bahwa dengan memberi adalah menerima,
Bahwa terperosok dalam jurang adalah tempat pengharapan.
Surviving a Terrible
Accident
Jerry
Gibree survived a harrowing life threatening
accident. During his darkest moments, this article became a beacon of hope,
helping him persevere. Throughout his healing journey, Jerry embraced the
discipline of reading The Valley of Vision daily. This collection of simple yet
profound poetry touched his soul, offering solace when all seemed hopeless.
•
· Let me learn from the paradox:
That
the way down is the way up,
That
being humbled is to be high,
That
a broken heart is a healed heart,
That
a soul full of disappointment is a soul that easily finds joy,
That
a remorseful soul is a victorious soul,
That
having nothing is having everything,
That
by enduring suffering is an opportunity to wear a crown,
That
by giving is receiving,
That being mired in
the abyss is a place of hope.