Minggu, 22 Oktober 2017

LELA (O) LEDHUNG


  
Story of A Javanese Lullaby Song

Java Island isn't just renowned for its coffee beans; it's also a treasure trove of local wisdom that has shaped lifestyles for centuries. One such tradition is the beautiful lullaby song, which has been passed down through generations. These lullabies are more than just soothing melodies—they embody the cultural heritage and values of the Javanese people, offering a glimpse into their rich history and timeless customs. Through these songs, the wisdom of the past continues to nurture and influence the present, making Java a place where tradition and modernity harmoniously coexist. 

Pulau Jawa tidak hanya terkenal dengan biji kopinya; pulau ini juga merupakan harta karun kearifan lokal yang telah membentuk gaya hidup selama berabad-abad. Salah satu tradisi tersebut adalah lagu pengantar tidur yang indah, yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Lagu pengantar tidur ini lebih dari sekadar melodi yang menenangkan—lagu-lagu ini mewujudkan warisan budaya dan nilai-nilai masyarakat Jawa, menawarkan sekilas sejarah mereka yang kaya dan adat istiadat yang tak lekang oleh waktu. Melalui lagu-lagu ini, kearifan masa lalu terus memelihara dan memengaruhi masa kini, menjadikan Jawa sebagai tempat di mana tradisi dan modernitas hidup berdampingan secara harmonis.

Once upon a time, in a serene village nestled in the heart of Java, there lived a loving mother named Sari. She had a beautiful baby boy named Arjuna, whose eyes sparkled like the stars and whose smile could light up the darkest night. Every evening, as the sun dipped below the horizon and the village was bathed in the soft glow of twilight, Sari would cradle Arjuna in her arms and sing him a lullaby that had been passed down through generations.

Dahulu kala, di sebuah desa yang tenang di jantung Jawa, hiduplah seorang ibu penyayang bernama Sari. Ia memiliki seorang bayi laki-laki yang rupawan bernama Arjuna, yang matanya berbinar seperti bintang dan senyumnya dapat menerangi malam yang paling gelap sekalipun. Setiap malam, saat matahari terbenam di bawah cakrawala dan desa itu bermandikan cahaya senja yang lembut, Sari akan menggendong Arjuna di lengannya dan menyanyikan lagu pengantar tidur yang telah diwariskan turun-temurun.
 
The lullaby, "Tak Lela Lela Lela Ledhung," was more than just a song; it was a heartfelt promise and a gentle prayer. As Sari sang, her voice would weave a tapestry of love and hope, wrapping Arjuna in a cocoon of warmth and security. The first verse was a soothing melody, urging Arjuna to hush his cries and rest peacefully. Sari's voice would rise and fall like the gentle waves of the ocean, calming her baby and easing him into a peaceful slumber. 

Lagu pengantar tidur, "Tak Lela Lela Lela Ledhung," lebih dari sekadar lagu; itu adalah janji sepenuh hati dan doa yang lembut. Saat Sari bernyanyi, suaranya akan menenun permadani cinta dan harapan, membungkus Arjuna dalam kepompong kehangatan dan keamanan. Bait pertama adalah melodi yang menenangkan, mendesak Arjuna untuk menenangkan tangisannya dan beristirahat dengan damai. Suara Sari akan naik dan turun seperti ombak laut yang lembut, menenangkan bayinya dan membuatnya tertidur dengan damai.

Javanese letters: ꦠꦏ꧀ꦊꦭꦊꦭꦊꦭꦊꦝꦸꦁ
ꦕꦸꦥ꧀ꦩꦼꦤꦼꦔꦄꦗꦥꦶꦗꦼꦂꦤꦔꦶꦱ꧀
ꦄꦤꦏ꧀ꦏꦸꦱꦶꦁꦧꦒꦸꦱ꧀ꦫꦸꦥꦤꦼ
ꦪꦺꦤ꧀ꦤꦔꦶꦱ꧀ꦤ꧀ꦝꦏ꧀ꦆꦭꦁꦧꦒꦸꦱꦼ
Latin letters: tak lela lela lela ledhung
cup menenga aja pijer nangis
anakku sing bagus rupane
yèn nangis ndhak ilang baguse

English translation: I will lull you, lull you, lull you to sleep 
Hush, don't cry 
My beautiful child 
If you cry, your beauty will fade




As the night deepened, Sari would continue with the next verse, her voice filled with dreams and aspirations for her son. She hoped that Arjuna would grow up to live a prosperous life, become a noble man, and honor his parents' name. She envisioned him as a pillar of the nation, a beacon of strength and integrity.
In her heart, Sari carried the hopes and dreams of generations past, and she poured them into her lullaby. Each note was a wish for Arjuna's future, each word a prayer for his well-being. She imagined him growing up strong and wise, a man of character and virtue. She saw him standing tall, his actions reflecting the values she had instilled in him from a young age.

Saat malam semakin larut, Sari melanjutkan bait berikutnya, suaranya dipenuhi mimpi dan aspirasi untuk putranya. Ia berharap Arjuna akan tumbuh menjadi orang yang sejahtera, menjadi orang yang mulia, dan menghormati nama orang tuanya. Ia membayangkan Arjuna sebagai pilar bangsa, mercusuar kekuatan dan integritas.
Dalam hatinya, Sari membawa harapan dan impian generasi masa lalu, dan ia menuangkannya ke dalam lagu pengantar tidurnya. Setiap nada adalah harapan untuk masa depan Arjuna, setiap kata adalah doa untuk kesejahteraannya. Ia membayangkan Arjuna tumbuh menjadi orang yang kuat dan bijaksana, seorang pria berkarakter dan berbudi luhur. Ia melihatnya berdiri tegak, tindakannya mencerminkan nilai-nilai yang telah ia tanamkan padanya sejak usia muda.

Sari's dreams for Arjuna were not just about personal success; they were about the impact he would have on the world around him. She hoped he would be a source of pride for his family, a man who would carry forward the legacy of his ancestors with dignity and honor. She envisioned him as a leader, someone who would inspire others with his integrity and strength.

Impian Sari untuk Arjuna bukan hanya tentang kesuksesan pribadi; impian itu adalah tentang dampak yang akan diberikannya pada dunia di sekitarnya. Ia berharap Arjuna akan menjadi sumber kebanggaan bagi keluarganya, seorang pria yang akan meneruskan warisan leluhurnya dengan bermartabat dan terhormat. Ia membayangkan Arjuna sebagai seorang pemimpin, seseorang yang akan menginspirasi orang lain dengan integritas dan kekuatannya.

As she sang, Sari's voice would soften, filled with the tenderness of a mother's love. She knew that the path to greatness was not always easy, but she believed in Arjuna's potential. Her lullaby was a promise to support him, to guide him, and to love him unconditionally, no matter what challenges he might face.
In the quiet of the night, under the watchful eyes of the moon and stars, Sari's lullaby would weave a tapestry of dreams and hopes, a beautiful testament to the love and aspirations she held for her son. And as Arjuna drifted off to sleep, he was wrapped in the warmth of his mother's love, her dreams for his future echoing softly in his heart.

Saat bernyanyi, suara Sari melembut, dipenuhi kelembutan cinta seorang ibu. Ia tahu bahwa jalan menuju kebesaran tidak selalu mudah, tetapi ia percaya pada potensi Arjuna. Lagu pengantar tidurnya adalah janji untuk mendukungnya, membimbingnya, dan mencintainya tanpa syarat, apa pun tantangan yang mungkin dihadapinya.
Dalam keheningan malam, di bawah pengawasan bulan dan bintang, lagu pengantar tidur Sari akan menenun permadani mimpi dan harapan, bukti indah akan cinta dan aspirasi yang ia miliki untuk putranya. Dan saat Arjuna tertidur, ia dibalut dalam kehangatan cinta ibunya, mimpi-mimpinya untuk masa depannya bergema lembut di dalam hatinya.

ꦠꦏ꧀ꦒꦝꦁꦧꦶꦱꦈꦫꦶꦥ꧀ꦩꦸꦭꦾꦺꦴ
ꦢꦢꦶꦪꦥꦿꦶꦪꦈꦠꦩ
ꦔ꧀ꦭꦸꦲꦸꦂꦏꦼꦄꦱ꧀ꦩꦤꦼꦮꦺꦴꦁꦠꦸꦮ
ꦢꦢꦶꦪꦥꦼꦤ꧀ꦝꦼꦏꦫꦶꦁꦧꦁꦱ
tak gadhang bisa urip mulyo
dadiya pria utama
ngluhurke asmane wong tuwa
dadiya pendhekaring bangsa

I hope you can live a prosperous life 
Become a noble man 
Honor your parents' name 
Become a pillar of the nation



The moon would rise high in the sky, casting its silver light over the village, and Sari would sing the next verse. The moonlight would bathe the village in a soft, ethereal glow, illuminating the rooftops and casting long shadows that danced with the gentle breeze. The serene beauty of the night was a stark contrast to the playful yet cautionary tale Sari was about to tell.

Bulan akan terbit tinggi di langit, memancarkan cahaya keperakannya, dan Sari akan menyanyikan bait berikutnya. Cahaya bulan akan menyinari desa dengan cahaya lembut dan halus, menerangi atap-atap dan dengan bayangan-bayangan panjang yang menari-nari mengikuti angin sepoi-sepoi. Keindahan malam yang tenang sangat kontras dengan kisah lucu namun menakutkan yang hendak diceritakan Sari.

She would tell Arjuna about the moon shining like a terrifying giant, its luminous face peering down from the heavens. In her story, the moon was not just a celestial body but a watchful guardian of the night, ever vigilant and always searching. It was a giant with a glowing, round face, its eyes scanning the earth below for any sign of a crying child. Sari's voice would take on a dramatic tone as she described the moon's quest. She would paint a vivid picture of the moon's journey across the sky, its light piercing through the darkness, seeking out the source of any cries. The tale was meant to be a gentle warning, a reminder to Arjuna to hush his tears and find comfort in the safety of his mother's arms.

Ia akan menceritakan kepada Arjuna tentang bulan yang bersinar seperti raksasa yang menakutkan, wajahnya yang bercahaya mengintip dari langit. Dalam ceritanya, bulan bukan sekadar benda angkasa, melainkan penjaga malam yang selalu waspada dan mencari. Bulan adalah raksasa dengan wajah bulat yang bersinar, matanya mengamati bumi untuk mencari anak-anak yang menangis. Suara Sari akan berubah menjadi saat ia menggambarkan perjalanan bulan. Ia akan melukiskan perjalanan bulan melintasi langit, cahayanya menembus kegelapan, mencari suara tangisan. Kisah itu dimaksudkan sebagai peringatan lembut, pengingat bagi Arjuna untuk menahan air matanya dan menemukan kenyamanan dalam keamanan pelukan ibunya.

Despite the slightly ominous nature of the story, there was a warmth and tenderness in Sari's voice. She wanted Arjuna to understand that the moon, though seemingly fearsome, was also a protector. It was a playful way to encourage him to sleep soundly, knowing that he was safe and loved.
As Sari sang, the village would fall into a peaceful silence, the only sounds being the soft rustling of leaves and the distant calls of nocturnal creatures. The moon, with its silver light, would continue its watch over the village, a silent guardian in the night. And in the comfort of his mother's embrace, Arjuna would drift off to sleep, his dreams filled with the enchanting tales of the moon and the love that surrounded him.

Meskipun ceritanya agak menyeramkan, ada kehangatan dan kelembutan dalam suara Sari. Dia ingin Arjuna mengerti bahwa bulan, meskipun tampak menakutkan, juga merupakan pelindung. Itu adalah cara yang menyenangkan untuk mendorongnya tidur nyenyak, mengetahui bahwa dia aman dan dicintai.
Saat Sari bernyanyi, desa itu akan jatuh ke dalam keheningan yang damai, satu-satunya suara adalah gemerisik lembut dedaunan dan panggilan makhluk malam dari kejauhan. Bulan, dengan cahaya peraknya, akan terus mengawasi desa itu, sebagai penjaga yang diam di malam hari. Dan dalam kenyamanan pelukan ibunya, Arjuna akan tertidur, mimpinya dipenuhi dengan kisah-kisah bulan yang mempesona dan cinta yang mengelilinginya.

ꦮꦶꦱ꧀ꦕꦸꦥ꧀ꦩꦼꦤꦼꦔꦄꦤꦏ꧀ꦏꦸ
ꦏꦄꦼꦩ꧀ꦧꦸꦭꦤꦼꦤ꧀ꦢꦢꦫꦶ
ꦏꦪꦧꦸꦠꦔ꧀ꦒꦼꦒꦶꦭꦤꦶ
ꦭꦒꦶꦔ꧀ꦒꦺꦴꦊꦏꦶꦕꦃꦤꦔꦶꦱ꧀
wis cup menenga anakku
kae mbulane ndadari
kaya buta nggegilani
lagi nggoleki cah nangis

Hush, be quiet my child 
There is the moon shining 
Like a terrifying giant 
Looking for a crying child




Finally, Sari would sing the last verse, her voice a gentle whisper in the quiet night. She would promise to carry Arjuna with a batik shawl, a beautiful piece of fabric adorned with intricate patterns that had been passed down through generations. The shawl was not just a piece of cloth; it was a symbol of her love and care, a tangible representation of the warmth and protection she offered her son.

Akhirnya, Sari akan menyanyikan bait terakhir, suaranya seperti bisikan lembut di tengah malam yang sunyi. Ia akan berjanji untuk menggendong Arjuna dengan selendang batik, sepotong kain indah yang dihiasi dengan pola-pola rumit yang telah diwariskan turun-temurun. Selendang itu bukan sekadar selembar kain; itu adalah simbol cinta dan perhatiannya, representasi nyata dari kehangatan dan perlindungan yang ia berikan kepada putranya.

As she sang, Sari would reassure Arjuna that his cries would only make his father worried. Her words were a gentle reminder that he was safe and loved, and that there was no need for tears. She wanted him to know that his family was there for him, ready to comfort and protect him at all times.
Her voice, tender and loving, would weave a soothing melody that wrapped around Arjuna like a warm embrace. Each note was filled with the depth of her affection, each word a promise of her unwavering support. The lullaby was a bridge between their hearts, a way for Sari to convey her love and hopes for her son.

Saat bernyanyi, Sari akan meyakinkan Arjuna bahwa tangisannya hanya akan membuat ayahnya khawatir. Kata-katanya adalah pengingat lembut bahwa dia aman dan dicintai, dan tidak perlu menangis. Dia ingin dia tahu bahwa keluarganya ada untuknya, siap menghibur dan melindunginya setiap saat. Suaranya, lembut dan penuh kasih, akan menenun melodi yang menenangkan yang membungkus Arjuna seperti pelukan hangat. Setiap nada dipenuhi dengan kedalaman kasih sayangnya, setiap kata adalah janji dukungannya yang tak tergoyahkan. Lagu pengantar tidur itu adalah jembatan antara hati mereka, cara Sari untuk menyampaikan cinta dan harapannya untuk putranya.

As the song continued, Arjuna's eyelids would grow heavy, and he would begin to drift off to sleep. The rhythmic cadence of his mother's voice, combined with the comforting words of the lullaby, would lull him into a deep and restful slumber. In his dreams, he would feel the warmth of the batik shawl and the gentle touch of his mother's hand, a constant reminder of the love that surrounded him.
The night would grow still, with only the soft rustling of leaves and the distant calls of nocturnal creatures breaking the silence. Under the watchful eyes of the moon and stars, Sari's lullaby would echo through the night, a beautiful testament to the bond between a mother and her child. And as Arjuna slept, he was wrapped in the warmth of his mother's love, her dreams for his future echoing softly in his heart.

Saat lagu itu berlanjut, kelopak mata Arjuna akan terasa berat, dan ia akan mulai tertidur. Irama suara ibunya, dipadukan dengan kata-kata yang menenangkan dari lagu pengantar tidur, akan menidurkannya dalam tidur yang lelap dan tenang. Dalam mimpinya, ia akan merasakan kehangatan selendang batik dan sentuhan lembut tangan ibunya, pengingat akan cinta yang selalu menyelimutinya. Malam akan semakin hening, hanya gemerisik dedaunan dan panggilan makhluk nokturnal dari kejauhan yang memecah kesunyian. Di bawah pengawasan bulan dan bintang, lagu pengantar tidur Sari akan bergema sepanjang malam, sebuah bukti indah tentang ikatan antara seorang ibu dan anaknya. Dan saat Arjuna tidur, ia terbungkus dalam kehangatan cinta ibunya, mimpi-mimpi ibunya untuk masa depannya bergema lembut di dalam hatinya.

ꦠꦏ꧀ꦊꦭꦊꦭꦊꦭꦊꦝꦸꦁ
ꦌꦁꦒꦭ꧀ꦩꦼꦤꦼꦔꦪꦕꦃꦧꦒꦸꦱ꧀
ꦠꦏ꧀ꦄꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦱ꧀ꦭꦼꦤ꧀ꦝꦁꦧꦛꦶꦏ꧀ꦏꦮꦸꦁ
ꦪꦺꦤ꧀ꦤꦔꦶꦱ꧀ꦩꦸꦤ꧀ꦢꦏ꧀ꦧꦥꦧꦶꦔꦸꦁ
ꦠꦏ꧀ꦊꦭꦊꦭꦊꦝꦸꦁ
tak lela lela lela ledhung
énggal menenga ya cah bagus
tak emban slendhang bathik kawung
yèn nangis mundak bapa bingung
tak lela lela ledhung

I will lull you, lull you, lull you to sleep 
Quickly be quiet, my beautiful child 
I will carry you with a batik shawl 
If you cry, it will make your father worried 
I will lull you to sleep.






sumber : https://jv.wikipedia.org/wiki/Tak_Lelo_Lelo_Lelo_Ledung
Lagu pengantar tidur bahasa Jawa - Javanese Lullaby