Selasa, 08 April 2014

12. ENGKAU MENDENGAR BURUNG BERKICAU


Burung Berkicau – The Song of the Bird 12.



Orang Hindu memperkembangkan suatu gambaran yang indah mengenai hubungan antara Tuhan dan ciptaanNya. Tuhan ‘menarikan’ ciptaanNya. Ia adalah sang Sang Penari dan ciptaan adalah tarianNya. Suatu tarian berbeda dengan seorang penari, tetapi tidak bisa ada jika yang menarikannya juga tidak ada. Engkau tidak dapat membungkus tarian itu dan membawanya pulang, jika engkau menyenanginya. Begitu gerak penari terhenti, tariannya pun tiada lagi.
Dalam usahanya mencari Tuhan manusia terlalu banyak berpikir, terlalu banyak merenung, terlalu banyak berbicara. Bahkan ketika memandang tarian yang kita sebut ciptaan, ia terus-menerus berpikir, berbicara dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain, merenung, menelaah dan berfilsafat. Kata-kata, kata-kata, kata-kata belaka. Suara-suara, suara-suara, suara-suara belaka.
Diam dan lihatlah tarian itu. Hanya melihat saja: sebuah bintang, sekuntum bunga, sehelai daun layu, seekor burung, sebongkah batu …  Satu lambaian tarian saja sudah cukup. Lihatlah. Dengarlah. Hiruplah. Sentuhlah. Nikmatilah. Dan kiranya tak lama kemudian engkau akan menjumpaiNya, Sang Penari sendiri.

Keluhan seorang murid kepada Guru Zen-nya yang selalu diulang-ulang adalah: ‘Bapak menyembunyikan rahasia terdalam ilmu Zen dariku.’ Dan ia tidak mau percaya kalau sang Guru menyangkal keluhannya.

Pada suatu hari sang Guru mengajaknya berjalan-jalan menyusuri bukit. Waktu itu mereka mendengar seekor burung berkicau.
‘Apakah engkau tadi mendengar burung berkicau?’ tanya sang Guru.
‘Ya,’ jawab si mund.
‘Nah, sekarang engkau tahu, bahwa aku tidak menyembunyikan sesuatu pun darimu.’
‘Ya,’ kata si murid.

Seandainya engkau sungguh-sungguh pernah mendengarkan kicauan seekor burung, pernah memandang sebatang pohon … engkau sudah mengerti — mengatasi segala perkataan dan pemikiran.
Apa katamu tadi? Engkau telah mendengar puluhan burung berkicau dan melihat ratusan batang pohon? Apakah yang engkau lihat itu sungguh sebatang pohon atau hanya ‘pohon-pohon’? Jika engkau memandang sebatang pohon tetapi hanya melihat sebatang pohon, sebenarnya engkau belum melihat pohon itu. Jika engkau memandang pohon dan melihat keajaiban, nah, barulah engkau – akhirnya – melihat pohon! Pernahkah hatimu dipenuhi rasa kagum yang tak terhingga ketika mendengar seekor burung berkicau?