Burung Berkicau - The Song of the Bird 11.
‘Maaf, kawan,’ kata seekor ikan laut kepada seekor ikan yang lain. ‘Anda lebih tua dan lebih berpengalaman dari pada saya. Di manakah saya dapat menemukan laut? Saya sudah mencarinya di mana-mana, tetapi sia-sia saja!’
‘Laut,’ kata ikan yang lebih tua, ‘adalah tempat engkau berenang sekarang ini.’
‘Ha? Ini hanya air saja! Yang kucari adalah laut’,’ sangkal ikan yang muda. Dengan perasaan sangat kecewa ia pergi mencarinya di tempat lain.
Ia datang menghadap sang Guru dengan jubah sannyasi*. Ia pun berbicara dalam bahasa sanyasi: ‘Sudah bertahun-tahun lamanya aku mencari Tuhan. Telah kutinggalkan rumahku dan telah kucari Dia di mana pun Dia berada. Kata orang, Dia ada di puncak gunung, di tengah-tengah padang gurun, dalam keheningan biara-biara dan di dalam gubuk-gubuk kaum miskin.’
‘Apakah engkau telah menemukanNya?’ tanya sang Guru.
Aku menipu diri, aku pendusta, kalau aku menjawab ‘Ya’. Belum, aku belum menemukanNya. Bapak sudah?
Apa yang dikatakan sang Guru kepadanya? Cahaya keemasan matahari senja menembus celah-celah kamar. Ratusan burung gereja beterbangan dari sebuah pohon beringin di luar sambil berkicau riang. Samar-samar terdengar deru kendaraan di jalan raya. Seekor nyamuk berdengung di dekat telinga, memberi pertanda siap menggigit … Namun demikian, orang itu masih tetap duduk tepekur dan berkata, bahwa ia belum menemukan Tuhan dan masih mencari-cariNya.
Sesudah menunggu sejenak,’ia pun meninggalkan Sang Guru dengan perasaan kecewa. Ia pergi mencariNya di tempat lain.
* * *
Ikan kecil, berhentilah mencari! Tidak ada yang perlu dicari. Heninglah sebentar, bukalah matamu dan lihatlah! Engkau tak mungkin lagi keliru.