Rabu, 25 Juni 2014

41. PANAH BERACUN

Burung Berkicau – The Song of The Bird 41.


Seorang rahib menghadap Buddha dan berkata: ‘Apakah jiwa orang saleh luput dari maut?’
Seperti biasanya Buddha tidak menjawab.
Tetapi rahib itu mendesak. Setiap hari ia mengulangi pertanyaan yang sama. Setiap hari pula ia tidak dijawab. Akhirnya, ia tidak tahan lagi dan mengancam mau meninggalkan pertapaan, kalau pertanyaan mahapenting ini tidak dijawab. Sebab, untuk apa ia mengorbankan segala sesuatu untuk hidup membiara, kalau jiwa orang saleh tidak akan luput dari maut?
Lalu Buddha dalam belaskasihannya berkata:
‘Engkau bagaikan seorang yang kena anak panah beracun dan hampir mati. Sanak keluarganya mendatangkan seorang dokter. Tetapi orang sakit itu tidak mau anak panah dicabut atau menerima pengobatan apapun terhadap lukanya jika tiga pertanyaan pokok ini belum terjawab: Pertama, orang yang memanahnya kulitnya putih atau hitam? Kedua, ia berbadan tinggi atau pendek? Dan ketiga, ia seorang brahmana atau paria? Sebelum jawaban atas ketiganya diberikan, orang yang sekarat itu menolak diobati.
Rahib tadi tetap tinggal dalam biara.

Orang lebih senang berbicara tentang jalan daripada menjalaninya, membicarakan khasiat obat daripada meminumnya.