Selasa, 12 Agustus 2014

BARU


    (Membuka  Lembaran  Baru)

    "Nil novi sub sole"  adalah kata-kata Pengkotbah yang berarti : tidak ada yang baru di bawah matahari (Pkh 1 : 9). Kata-kata tersebut mematahkan semangat kita dalam menyikapi tahun baru 2014. Mungkin di antara kita sudah berniat untuk : hidup baru, semangat baru dan banyak perabot baru yang sudah kita siapkan dalam menghadapi tahun yang baru.

    Sesuatu yang baru pasti menarik. Kalau kita melihat "entertainment" di Televisi-televisi swasta, ada acara yang berisi puji-pujian dan keterpesonaan satu sama lain bagi pasangan artis yang sedang jatuh cinta atau pengantin baru. Tetapi lihat, nanti jika akan bercerai, maki-makian datang bertubi-tubi yang tidak datang satu persatu seperti mata-mata, tetapi satu batalyon. "L'histoire repete!"  Sejarah berulang.

    Kisah hidup manusia itu dari adanya peradaban manusia hingga detik ini, tidak luput dari : keserakahan akan harta, perebutan wanita dan konspirasi tahta. Lihat saja kisah asmara yang pernah menghebohkan dunia. Banyak penulis yang menggoreskan penanya untuk melukiskan kecantikan Cleopatra (69 - 30 seb.M) yang kisah cintanya dengan Julius Caesar (100 - 44 seb.M) dan dilanjutkan dengan Mark Anthony (82 - 30 seb.M) tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. Layar lebar yang dibintangi oleh Elizabeth Taylor (1932 - 2011) yang berjudul, "Cleopatra" memang luar biasa. Kisah berikutnya adalah Theodora, tokoh utama novel yang berjudul "Wanita", tulisan Paul Willman. Dan yang tidak kalah serunya adalah "Kisah Simson dan Delila" (Hak 16 : 1- 3).

    Kisah perebutan tahta bertaburan di mana-mana. Dari setiap negara dan bangsa, menyimpan kisah-kisah suksesi yang kadang membuat bulu kuduk berdiri. Dalam dunia politik ada "adagium" Latin yang berbunyi, "Hostis aut amicus non est in aeternum; commode sua sunt in aeternum" yang berarti : tidak ada kawan dan lawan yang abadi ; yang abadi hanyalah kepentingan. Bahkan kota Vatikan, yang adalah sebagai kota suci tidak luput dari perebutan tahta ini. Brenda Ralph Lewis dalam "Sejarah Gelap para Paus : Kejahatan, pembunuhan dan Korupsi di Vatikan, memperlihatkan kepada kita bagaimana intrik dan konspirasi mendominasi setiap kisah dari buku tersebut. "Tahta untuk Rakyat", sebuah biografi yang mengisahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1912 - 1988) menjadikan kita optimis bahwa sang Sultan tidak pernah menggunakan hak istimewanya bagi kehidupannya sehari-hari.

    Robert Harris dalam "Imperium", mengajak kita bahwa harta menjadi perebutan para Senator. Cicero (106 - 43 seb.M) pernah mengatakan,"Ikan itu mulai membusuknya dari kepala. Untuk itu, orang-orang atasan (pimpinan) yang korup harus kita penggal terlebih dahulu." Semua bisa dibeli dengan uang. Sejak zaman Romawi kuno, uang memainkan peranan penting. Maka muncullah istilah "Pecunia non olet" yang berarti : uang itu tidak pernah bau, terjemahan bebasnya : siapapun suka pada uang. Bahkan dalam lelucon muncul kata," Uang yang Mahakuasa."

    "Nil novi sub sole", tidak ada yang baru di bawah matahari. Keserakahan, nafsu dan perebutan tahta hingga hari ini menjadi primadona bangsa Indonesia. Opini-opini di media cetak dan elektronik yang berisikan para badut politik pilihan rakyat, membanjir tak terbendung. Rakyat kecil jenuh dibuatnya dan cenderung apatis. "Vox pupuli vox Dei"  suara rakyat, suara Tuhan. Semoga Tuhan tidak salah memilih wakil-wakil rakyat.

    Menyaksikan para badut politik, kita bersama Cicero berseru, "O tempora ! O mores !" Oh zaman apakah ini ? Akhlak macam apakah ini ? Ungkapan ini adalah kutipan dari sebagian pidato Cicero melawan Catilina (109 - 63 seb.M), seorang politikus Romawi pada 8 November 63 seb.M. Orang-orang yang pesakitan karena dituduh dirinya  tidak merasa malu lagi. Dengan gagah perkasa mereka berani "Bernyanyi" dan mengadakan konperensi pers. O tempora ! O mores !

    Tetapi kita tidak perlu pesimis maupun apatis. Dalam keterpurukan masih ada harapan. Dalam mitologi Yunani Kuno, ada kisah menarik yang mengisahkan tentang "Kotak Pandora". Dikisahkan bahwa ada sebuah kota yang berisi pelbagai malapetaka dalam bentuk makhluk kecil bersayab warna coklat dan kotak tersebut dihiasi dengan "ornament" yang amat memesona, yang - tentunya - membuat setiap orang ingin membukanya. Pandora, si wanita itu ingin sekali mengetahui isi kotak tersebut. Keinginannya begitu kuat, padahal sudah diperingatkan supaya tidak membukanya. Tak kala kotak itu dibuka, keluarlah malapetaka yakni segala macam penyakit dan tabiat buruk serta kejahatan yang "mengobrak-abrik" umat manusia. Penyesalan selalu datang terlambat. Pandora amat sedih. Sorak gembira serta merta berubah menjadi tangis yang tragis. Keluhan terdengar dari segala penjuru karena rasa sakit dan ketakutan akan kematian. Namun, bagaimanapun juga dalam hati para Dewa muncul belas kasihan kepada umat manusia (Bdk.Promotheus, Dewa yang mencintai umat manusia dengan memberi api). Para Dewa "Mengutus" makhluk yang baik yakni Harapan, yang ditugaskan untuk menyembuhkan luka-luka tersebut. Harapan, kemudian terbang melalui jendela dan menjalankan tugas yang sama terhadap para korban lain untuk mengembalikan semangat mereka. Harapan - meskipun kecil dan sedikit - amat berpengaruh besar bagi kelangsungan hidup umat manusia. Situasi baru yg dialami oleh keluarga Charles Ingalls mengajak kita untuk merenungkan bahwa situasi. Baru itu perli disikapi dengan baik dan optimis. Kesepuluh novel (Rumah Kecil di Rimba Besar, Rumah Kecil di Padang Rumput dst) tulisan Laura Ingalls (1867 - 1957) semuanya penuh dengan tantangan, namun disikapi dengan semangat yang baru.  Tuhan  bersabda, "Tak ada gunanya mengingat masa lalu, percuma mengenang yang sudah-sudah. Perhatikanlah, Aku membuat sesuatu yang baru; sekarang sudah mulai, tidakkah kaulihat? Aku akan membuat jalan di padang gurun, dan sungai-sungai di padang belantara (Yes  43:18-19).

    Kita sudah masuk tahun baru 2014. Tahun yang baru ini, kita berniat untuk membuka lembaran baru setelah "Kotak" dibuka oleh wanita yang bernama Pandora. Niat-niat dan rencana-rencana baik sudah saya programkan. Saya akan berusaha untuk lebih baik dari tahun yang kemarin. Tetapi, seandainya tahun ini ada kesalahan dan kekilafan, saya boleh berkata," Khan yang namanya kesalahan sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa" Dan saya tambahkan lagi,"Nil novi sub sole,"  tidak ada yang baru di bawah matahari.

Jumat, 03 Januari 2014 Markus Marlon




Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com