Usaha-usaha tanpa sadar untuk memelihara "kesetiaan tersembunyi" kepada keluarga asal dengan cara "menolak" pasangan mungkin menjadi dasar dari munculnya masalah-masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan ketidakmampuan orgasme.
Salah satu nasehat saya kepada mereka yang lagi membangun relasi pacaran adalah: "Kenalilah baik-baik calon mertuamu". Ini hal yang sangat penting tetapi kerap diabaikan oleh mereka yang lagi pacaran. Konflik mantu-mertua adalah salah satu kasus terbesar di ruang konseling dan percakapan sehari-hari dengan mereka yang curhat soal masalah rumah tangga. Lihatlah kutipan di atas, survei menemukan bahwa isu keluarga asal (relasi pasangan dengan ortunya), bisa menyebabkan masalah impotensi dan gangguan seksual lainnya. Singkat kata, jika Anda tidak menyiapkan diri, maka hubungan mantu-mertua bisa jadi sumber masalah atau bencana bagi diri dan keluargamu nanti.
Sebenarnya ini bisa dicegah bila rekan Muda mau belajar sejak dini, kenalilah calon mertua. Pahami hal-hal yang akan terjadi jika engkau menikah nanti sehubungan isu ini. Sebab banyak survei membuktikan bahwa harmonis tidaknya hubungan suami-isteri sangat dipengaruhi oleh keluarga asalnya. Terutama di awal pernikahan (0-2 tahun, Masa Young Love).
Sebenarnya ini bisa dicegah bila rekan Muda mau belajar sejak dini, kenalilah calon mertua. Pahami hal-hal yang akan terjadi jika engkau menikah nanti sehubungan isu ini. Sebab banyak survei membuktikan bahwa harmonis tidaknya hubungan suami-isteri sangat dipengaruhi oleh keluarga asalnya. Terutama di awal pernikahan (0-2 tahun, Masa Young Love).
Keyakinan bahwa seseorang bisa secara total terpisah dari keluarga asalnya dan menjadi individu yang berdiri sendiri adalah keyakinan yang salah. Itu tidak mungkin. Hanya kematangan individu yang menikahlah akan membuat dia tahu kapan menyeimbangkan konflik kebutuhan, antara keluarga asal dan keluarganya sendiri.
Alasan Mertua dan Mantu tinggal serumah
Dalam masyarakat kita sudah umum menantu tinggal serumah dengan mertua. Jika serumah maka konflik tidak terhindarkan. Ada beberapa alasan kenapa Mertua dan Menantu tinggal serumah:
Pertama, pasangan yang baru menikah tidak memiliki cukup dana untuk mengontrak rumah/kamar.
Alasan Mertua dan Mantu tinggal serumah
Dalam masyarakat kita sudah umum menantu tinggal serumah dengan mertua. Jika serumah maka konflik tidak terhindarkan. Ada beberapa alasan kenapa Mertua dan Menantu tinggal serumah:
Pertama, pasangan yang baru menikah tidak memiliki cukup dana untuk mengontrak rumah/kamar.
Kedua, ayah atau ibu salah satu pasangan tinggal sendiri sehingga mertua terpaksa serumah dengan anak dan menantunya. Apalagi jika sang Ibu tersebut menderita sakit.
Ketiga, anak dan menantu membutuhkan kehadiran mertua untuk menjaga anak mereka (cucu) – babysitter terpercaya.
Keempat, faktor budaya tertentu, mertua mewajibkan anak lakinya tinggal bersama orangtua.
Keempat, faktor budaya tertentu, mertua mewajibkan anak lakinya tinggal bersama orangtua.
Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya
Kesulitan-kesulitan perkawinan antara lain tidak memainkan peran suami/isteri dengan baik, ambiguitas peran, perang kekuatan, masalah komunikasi, dan harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Di antara masalah-masalah ini, kesulitan komunikasi yang paling sering dijumpai.
Kesulitan-kesulitan perkawinan antara lain tidak memainkan peran suami/isteri dengan baik, ambiguitas peran, perang kekuatan, masalah komunikasi, dan harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Di antara masalah-masalah ini, kesulitan komunikasi yang paling sering dijumpai.
Ada orang-orang yang benar-benar menjiplak-ulang pola keluarga asalnya yang berantakan. Di sisi lain ada juga yang datang dari latar belakang keluarga asalnya yang berantakan tetapi ternyata bisa membangun perkawinan yang baik.
Sebaliknya, ada juga orang-orang yang datang dari keluarga asal yang bagus (berfungsi dengan baik), namun perkawinannya sendiri berantakan.
Meskipun demikian, secara umum bisa dikatakan bahwa keluarga asal yang sehat cenderung melahirkan perkawinan-perkawinan yang sehat dan kuat.
Meskipun demikian, secara umum bisa dikatakan bahwa keluarga asal yang sehat cenderung melahirkan perkawinan-perkawinan yang sehat dan kuat.
Pengaruh Keluarga Asal
Pengaruh keluarga asal atas suatu perkawinan bisa bervariasi. Jika orangtua masih hidup, keterlibatan mereka bisa jelas terlihat terutama dalam perkawinan baru atau perkawinan yang sedang berlangsung. Mereka bisa saja memihak salah satu atau mengomentari cara mengasuh anak.
Dalam keluarga yang sehat, keluarga asal pasangan kita bisa menjadi pihak yang merekatkan hubungan, menyediakan dukungan emosi dan finansial sehingga perkawinan anda berfungsi lebih efisien. Namun, mertua anda bisa juga sangat merusak. Bahkan pada saat mereka tidak hadir secara fisik pun, pola-pola negatif yang didapatkan dari keluarga asal masing-masing tanpa bisa dihindari turut berinteraksi dalam keluarga dan perkawinan yang sedang berlangsung.
Pengaruh keluarga asal atas suatu perkawinan bisa bervariasi. Jika orangtua masih hidup, keterlibatan mereka bisa jelas terlihat terutama dalam perkawinan baru atau perkawinan yang sedang berlangsung. Mereka bisa saja memihak salah satu atau mengomentari cara mengasuh anak.
Dalam keluarga yang sehat, keluarga asal pasangan kita bisa menjadi pihak yang merekatkan hubungan, menyediakan dukungan emosi dan finansial sehingga perkawinan anda berfungsi lebih efisien. Namun, mertua anda bisa juga sangat merusak. Bahkan pada saat mereka tidak hadir secara fisik pun, pola-pola negatif yang didapatkan dari keluarga asal masing-masing tanpa bisa dihindari turut berinteraksi dalam keluarga dan perkawinan yang sedang berlangsung.
Penyebab Konflik
Salah satu sumber konflik adalah bedanya sistem nilai dan tradisi keluarga asal masing-masing. Misalnya, isteri datang dari keluarga asal yang menunjukkan kasih sayang melalui pemberian hadiah-hadiah yang bagus; sedangkan suami datang dari keluarga asal yang sama sekali tidak menggunakan hadiah sebagai sistem perhitungan mereka. Keluarga suami memperhatikan dengan cara saling menghargai dan memuji.
Salah satu sumber konflik adalah bedanya sistem nilai dan tradisi keluarga asal masing-masing. Misalnya, isteri datang dari keluarga asal yang menunjukkan kasih sayang melalui pemberian hadiah-hadiah yang bagus; sedangkan suami datang dari keluarga asal yang sama sekali tidak menggunakan hadiah sebagai sistem perhitungan mereka. Keluarga suami memperhatikan dengan cara saling menghargai dan memuji.
Jika ada usaha-usaha tanpa sadar untuk memelihara "kesetiaan tersembunyi" kepada keluarga asal dengan cara "menolak" pasangan mungkin menjadi dasar dari munculnya masalah-masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan ketidakmampuan orgasme.
Karena itu jika sampai terjadi maka perlu dihadapi dengan bijak. Sebab kalau dibiarkan, konflik dapat mengganggu harmonisasi relasi suami dan istri, dalam hal banyak hal: seks, komunikasi, perasaan tersaingi dan terabaikan, dan sebagainya. Pada tingkat yang lebih parah, dapat menyebabkan perceraian.
Penyebab Konflik lainnya adalah: Adanya perbedaan budaya, menyangkut: penyesuaian nilai, peran, norma dan perilaku.Tuntutan hidup yang mendesak, seperti tekanan ekonomi. Kebutuhan pribadi dan orientasi nilai yang berbeda. Perbedaan kepribadian (temperamen dan cara pandang). Perbedaan Ideologi dan Iman. Terakhir adalah harga diri yang rendah (minder)
Jika konflik tidak bisa ditangani secara bijak dan dewasa seringkali melumpuhkan banyak hal. Antara lain, efektifitas dan produktifitas kerja. Kalau dibiarkan terus bisa menyebabkan stress hingga depresi.
Harmonisasi Hubungan Mertua-Mantu
Salah satu hal yang perlu anda lakukan adalah menyeimbangkan (mengharmoniskan) kesetiaan Anda sebagai anak kepada orang tua dan terhadap pasangan. Anda bisa rasakan tarik menarik ini setelah anda sendiri menjadi orang tua. Pendeknya, "kesetiaan tersembunyi" ini akan mempengaruhi cara Anda dalam berelasi dengan pasangan dan anak-anak.
Belajar mengembangkan sikap bahwa menantu adalah "anak sendiri" supaya mertua mampu menyayangi menantu. Di sisi lain, menantu merasakan bahwa dia diterima dalam keluarga besar suaminya. Dia merasa aman dengan perkawinannya. Menantu merasa terlindungi dan mampu mengembangkan diri dan berkreasi di dalam rumah tangganya karena sudah tidak ada perasaan takut, minder dan merasa orang asing.
Harmonisasi Hubungan Mertua-Mantu
Salah satu hal yang perlu anda lakukan adalah menyeimbangkan (mengharmoniskan) kesetiaan Anda sebagai anak kepada orang tua dan terhadap pasangan. Anda bisa rasakan tarik menarik ini setelah anda sendiri menjadi orang tua. Pendeknya, "kesetiaan tersembunyi" ini akan mempengaruhi cara Anda dalam berelasi dengan pasangan dan anak-anak.
Belajar mengembangkan sikap bahwa menantu adalah "anak sendiri" supaya mertua mampu menyayangi menantu. Di sisi lain, menantu merasakan bahwa dia diterima dalam keluarga besar suaminya. Dia merasa aman dengan perkawinannya. Menantu merasa terlindungi dan mampu mengembangkan diri dan berkreasi di dalam rumah tangganya karena sudah tidak ada perasaan takut, minder dan merasa orang asing.
Jika anda harus serumah, belajar bersikap dewasa dan jangan mau menang sendiri. Tumbuhkan sikap respek dan rasa percaya satu sama lain. Belajarlah fokus pada kelebihan mertua atau mantu Anda.
Jika sampai terjadi konflik dan ada kemarahan, kendalikan dengan baik emosi anda jangan sampai melukai. Serta miliki jiwa yang memaafkan saat luka tidak bisa dihindarkan. Cari bantuan konselor profesional bila konflik makin meruncing dan tidak bisa lagi diatasi berdua.
Jika sampai terjadi konflik dan ada kemarahan, kendalikan dengan baik emosi anda jangan sampai melukai. Serta miliki jiwa yang memaafkan saat luka tidak bisa dihindarkan. Cari bantuan konselor profesional bila konflik makin meruncing dan tidak bisa lagi diatasi berdua.
Penutup
Dalam pernikahan orang Timur, Mertua dan mantu adalah bagian dari paket pernikahan. Jika kita menikah dengan anaknya berarti harus menerima orangtuanya. Sangat tidak fair jika anda menerima anaknya tapi tidak menghormati orangtuanya.
Hubungan yang berhasil adalah pasangan itu menyadari bahwa mereka tidak dapat lepas dari konflik dan belajar secara dewasa menjalaninya. Tanpa menyalahkan atau mengkambinghitamkan siapapun.
Julianto Simanjuntak
Sumber: Len Sperry & J. Carlson. Marital Therapy,Love Publ Company, Colorado, 1991 dan Bahan Seminar Parenting Julianto Simanjuntak - Anak-Mantu dan Mertua
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com
--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 4/25/2014 11:56:00 PM
Dalam pernikahan orang Timur, Mertua dan mantu adalah bagian dari paket pernikahan. Jika kita menikah dengan anaknya berarti harus menerima orangtuanya. Sangat tidak fair jika anda menerima anaknya tapi tidak menghormati orangtuanya.
Hubungan yang berhasil adalah pasangan itu menyadari bahwa mereka tidak dapat lepas dari konflik dan belajar secara dewasa menjalaninya. Tanpa menyalahkan atau mengkambinghitamkan siapapun.
Julianto Simanjuntak
Sumber: Len Sperry & J. Carlson. Marital Therapy,Love Publ Company, Colorado, 1991 dan Bahan Seminar Parenting Julianto Simanjuntak - Anak-Mantu dan Mertua
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com
--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 4/25/2014 11:56:00 PM