(Serpihan-Serpihan Kisah Yang Tercecer)
Cerita-cerita tentang perayaan Paskah biasanya bergulir setelah beberapa hari orang-orang merayakannya. Ada umat yang puas dengan metode kevikepan Manado yang dalam memberikan sakramen pengakuan dosa dibuat secara "borongan." Sekitar 12 –15 imam datang ke paroki dan digiring ke wilayah-wilayah rohani.
Beberapa tahun lalu (Perayaan Paskah 2010), ada seorang ibu yang merasa bangga dengan seorang imam muda (pastor pembantu atau pastor rekan) yang membuat banyak "gebrakan." Pastor muda ini membuat tindakan yang berani, yang tidak dipikirkan sebelumnya oleh orang lain. Seluruh altar dibuat semacam "gua kosong" dan salib-salib kecil memenuhi gereja. Gebrakan! Beberapa OMK dan beberapa bapa serta ibu-ibu terkesima dan terpesona dengan "gebrakan" imam muda itu. Sambil mengacungi jempol thumbs up, mereka berkata, "Ini baru pastor!" Pastor kepala yang kepalanya sudah ubanan menganggung-angguk kepalanya sambil berkata, "Nil novi sub sole" – there is nothing new under the sun atau "Tidak ada yang baru di bawah matahari" (Pkh 1: 9).
Setelah perayaan Paskah yang penuh "gebrakan" itu, Pastor muda itu terus mencari akal untuk membuat "gebrakan-gebrakan" selanjutnya. Energinya berkelimpahan dan ia ingin sekali semuanya diberikan bagi kemajuan umat yang dilayaninya. Sibuk luar biasa "gebrak sana-gebrak sini." Pastor kepala sudah mengingatkan agar jaga kesehatan dan hemat-hemat energy. Tetapi pastor muda ini berkata, "Pastor Kepala, saya ingin berkorban demi umat seperti Kristus yang mati di kayu salib!" Pastor kepala yang sudah makan asam garam itu pun mengangguk-angguk sambil berkata, "Nil novi sub sole"
Ia merindukan jika berkotbah – karena "gebrakannya" – ada umat yang berubah dan bertobat. Ia berharap jika memimpin retret dengan "gebrakannya" semua peserta menangis nggero-nggero. Ia ingin, jika rapat dewan paroki – dengan "gebrakannya" – akan banyak perubahan, seperti yang dipelajari waktu kuliah. Tetapi ternyata "gebrakan-gebrakan" yang pernah dibuatnya kini menjadi biasa. Kini, pastor muda ini menjadi frustasi karena impiannya untuk mengubah paroki tidak terlaksana. Dan tidak lama kemudian, pastor muda itu sakit. Sedih nian!
Ketika umat mengunjunginya di rumah sakit, dia berharap para umat akan memuji "gebrakan-gebrakannya" selama ini, tetapi ternyata umat malah berkata, "Romo, sapuniko kathah ngaso nggih, lerem mawon gesang niku" - Pastor sekarang banyak istirahat ya, hidup itu dibuat relax saja.
Di halaman parkir kendaraan Rumah Sakit, beberapa umat mengatakan bahwa pastor muda itu polah-nya seperti kisah yang ditulis oleh Nur Sutan Iskandar (1893 – 1975) dengan judul, "Katak Hendak Menjadi Lembu." Tetapi ada orang yang menyitir kata-kata Samuel Johnson (1709 – 1784), "Great works are performed not by strength but by perseverance." Dan akhirnya, ketua Dewan Pastoral berkata, "Dia khan masih pastor baru!" padahal beberapa bulan lalu orang-orang yang sama berkata, "Ini baru pastor!" dan dari emperan pastoran, pastor kepala sambil mêthèti burung kututnya berkata, ""Nil novi sub sole."
Jumat, 25 April 2014 Markus Marlon
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com
--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 4/24/2014 09:14:00 PM
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com
--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 4/24/2014 09:14:00 PM