Selasa, 15 September 2015

JUMPA

(Sebuah Percikan Permenungan)

Awal bulan Januari 2012, saya sengaja mengunjungi kota Ambon dan salah
satunya ingin berjumpa dengan Mgr. Andreas Sol MSC. Tatkala saya ungkapkan
tentang hari pentahbisan saya, Mgr. Andreas langsung teringat peristiwa itu.
Perjumpaan yang beberapa menit itu ternyata bisa membuka takbir kisah-kisah
yang luar biasa. Seolah-olah tirai masa lalu terbuka lebar dan Mgr. Sol
berbicara dengan suara lantang tentang pengalamannya sewaktu berkarya
sebagai uskup. Pertama-tama berbicara tentang sejarah Maluku, kemudian
Perpustakaan Rumpius yang merupakan harta tidak ternilai harganya bagi
Maluku. Apa yang dituturkan itu, bagi saya bagaikan menonton film kehidupan.
Energi positif yang disebarkan oleh Mgr. Sol telah memberikan daya dorong
yang positif pula terhadap orang yang dijumpai.

Pengalaman perjumpaan memiliki banyak dimensinya. Ketika saya
berjalan-jalan di kota Manado dan berjumpa dengan kerumunan orang atau
pembeli toko di Gramedia, tidak ada getar-getar hati dalam diriku. Semua
berjalan biasa-biasa saja. Kemudian, ada perjumpaan yang menyakitkan. Suatu
kali ada seorang ibu yang kedapatan sakit parah. Selama bertahun-tahun, ibu
itu tergolek di ranjang yang pengap. Di wajahnya terlihat ada rasa dendam.
Ketika saya mengunjunginya, ibu itu men-sharing-kan pengalamannya sendiri
tanpa diminta, "Setiap subuh, saya hampir pasti sesak nafas, karena hari ini
akan berjumpa dengan menantuku. Dada menjadi sesak dan hati terasa pedih!"
Perjumpaan-perjumpaan dari ibu dan menantu ini merupakan perjumpaan yang
tidak produktif. Dua orang yang memiliki rasa saling membenci yang berjumpa
akan menguras energi. Perjumpaan yang mungkin hanya beberapa saat saja,
rasanya begitu lama. Konon kabarnya, setelah ada perdamaian antara ibu dan
menantu itu – secara berangsur-angsur – ibu itu mengalami kesembuhan yang
sangat berarti. Gunawan Mohamad dalam Catatan Pinggir yang berjudul
"Kunthi", berkisah tentang perjumpaan yang mengharukan antara Kunthi dan
anaknya, Karna. Keharuan yang sangat mendalam melingkupi perjumpaan di senja
hari itu. Dalam perjumpaan itu, Kunthi membuka rahasia, bahwa Karna adalah
anak kandung sendiri. Menjelang "perang tanding" antara Karna dan Arjuna,
sang bunda intervensi, supaya Karna mengalah melawan Pandawa Lima.
Perjumpaan yang pertama dan terakhir dengan sang bunda ini bagi Karna
sungguh merupakan pengalaman yang amat berharga sekaligus menyedihkan.

Film yang berjudul Ben Hur, mengajak kita berefleksi tentang makna
perjumpaan. Pada waktu itu Judah Ben Hur sebagai tawanan atau lebih tepat
akan dijadikan budak digiring menuju suatu tempat yang tangan dan kakinya
diborgol. Ben Hur mengalami keputusasaan yang amat mendalam. Namun
pengalaman perjumpaan dengan Yesus – yang ia tidak kenal itu – membuat
dirinya memiliki semangat untuk bertahan dan akhirnya menjadi "pembebas"
bagi adiknya: Esther dan ibunya: Miriam. Wajah dan sinar mata-Nya yang
teduh memberikan kesejukan bagi Ben Hur untuk bertahan dalam tekanan
kekuasaan bangsa Romawi. Perjumpaan Yesus yang sudah bangkit dengan para
murid di Emaus. Hati para murid menjadi semangat dan berkobar-kobar (Luk
24: 32). Zhakeus, si pemungut cukai juga mengalami hal yang sama. Perjumpaan
dengan Yesus bahkan sudi mampir ke rumahnya membawa perubahan dalam dirinya.
(Luk 19: 1 – 10). Samuel Willard Crompton dalam 100 Hubungan Yang
Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia, hendak memperlihatkan bahwa perjumpaan
antara dua orang yang memiliki visi yang sama bisa menggoncang dunia.
Kolaborasi antara dua orang yang berpikir secara positif menghasilkan
sesuatu yang luar biasa. Mereka itu adalah: Kubilai Khan (1215 – 1294) dan
Marco Polo (1254 – 1324), Paus Yulis II (1443 – 1513) dan Michelangelo
(1475 – 1564) dan tentunya masih banyak lagi perjumpaan-perjumpaan yang
menghasilkan buah-buah berlimpah.

Orang Jawa memiliki peribahasa, "Witing tresno jalaran saka kulina" yang
berarti: orang bisa saling mencintai karena sering berjumpa. Saya pernah
tinggal satu tahun di suku Muyu – pedalaman Merauke. Saya heran ada seorang
guru asli Manado yang jatuh cinta dengan orang pedalaman. Dia mengatakan
bahwa perjumpaan yang terjadi setiap hari membuat dirinya tergetar hatinya
dan kini mereka berdua sudah membangun bahtera cinta. Ada juga seorang
karyawan – gadis yang bertugas di ruang receptionist pada sebuah perusahaan.
Gadis ini pada awalnya "tidak ada hati" sama sekali terhadap seorang duda
tua yang datang ke kantor melewati meja penerima tamu. Perjumpaan setiap
hari di awal pagi membuat kedua anak manusia itu tergetar. Kemudian sang
duda berkata, "Memang ada kata romantik yang berbunyi: first love never
dies, tetapi perjumpaan-perjumpaan yang kami alami semakin membuat cinta
kami bersemi dan bertumbuh."

Perjumpaan-perjumpaan masa lalu, seperti masa sekolah maupun masa-masa
bermain meninggalkan kesan yang mendalam. Masa pendidikan dan pembinaan bagi
para murid adalah masa yang amat berat. Pengalaman dimarahi guru dan
mendapat nilai merah membuat murid menjadi marah kepada gurunya. Bahkan
beberapa guru dan dosen dijuluki killer. Namun setelah murid-murid ini
menjadi "orang" dan berjumpa dengan sang guru, pujian dan ucapan syukurlah
yang disampaikan kepadanya. Pengajaran yang keras dan "kejam" dari para guru
dianggap sebagai grace in disguise. Mantan murid pun berkata, "Jika dulu
kami-kami ini tidak dididik secara keras oleh bapak dan ibu guru, tentunya
tidak akan menjadi orang seperti sekarang ini!" Pengalaman masa lalu yang
barangkali penuh duka itu pun terbayar tatkala melihat hasil yang kini sudah
dinikmati. Peribahasa, "Kemarau setahun dibayar dengan hujan satu hari,"
agaknya tepat untuk memahami makna ini. Ada rasa damai dan sejuk.

Sementara menulis artikel ini dari jauh terdengar lagu dangdut yang
dilantunkan oleh Masyur Subhawannur. Syairnya kira-kira demikian, "Bukan
perpisahan yang kutangisi, hanya perjumpaan yang kusesali." Hal yang pasti
dari perjumpaan adalah perpisahan. Sebelum berjumpa kita harus menyiapkan
diri untuk berpisah.

Terkadang, dua anak manusia yang telah berjumpa dan saling menyayangi –
entah karena sesuatu hal – mereka harus berpisah. Laki-laki itu berkata
lirih, mengutip kata-kata Rhoma Irama, "Kau yang mulai - kau juga yang
mengakhiri. Kau yang berjanji - kau yang mengingkari" Tambahnya lagi
dengan kata-katanya sendiri, "Kalau tahu begini, lebih baik dulu aku tidak
jumpa!"

Skolastikat MSC, 16 Januari 2012
Biara Hati Kudus – Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 09
MANADO – Sulawesi Utara – 95361

--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 1/16/2012 02:49:00 AM