Pertanyaan itu membuat Nasruddin sangat kebingungan. 'Hal praktis macam apakah yang Anda minta?' tanyanya.
Senang bahwa ia sudah dapat mengecoh seorang mullah dan mengesankan orang banyak, si pencemooh itu meneruskan: 'Misalnya, tunjukkanlah kepada kami sebuah apel dari Taman Firdaus!'
Nasruddin mengambil sebuah apel dan memberikannya kepada orang itu. 'Tetapi apel ini sebagian ada kerutnya,' kata orang itu. 'Apel surga tentu serba sempurna!'
'Memang, apel surga itu serba sempurna!' kata Mullah. 'Tetapi mengingat kemampuan Anda sekarang, inilah apel yang paling mendekati apel surga yang akan pernah Anda lihat.'
Dapatkah seseorang berharap dapat melihat apel serba sempurna dengan mata yang tidak sempurna?
Atau, dapatkah seseorang berharap menemukan kebaikan pada orang lain, kalau hatinya sendiri penuh kelobaan?