Kamis, 24 Agustus 2017

113. BUAH APEL YANG SEMPURNA

Nasruddin baru saja selesai mengajar, ketika seseorang dari antara orang-orang yang berkerumun mencemoohnya: 'Daripada mereka-reka teori rohani, lebih baik menunjukkan sesuatu yang praktis kepada kami?'

Pertanyaan itu membuat Nasruddin sangat kebingungan. 'Hal praktis macam apakah yang Anda minta?' tanyanya.

Senang bahwa ia sudah dapat mengecoh seorang mullah dan mengesankan orang banyak, si pencemooh itu meneruskan: 'Misalnya, tunjukkanlah kepada kami sebuah apel dari Taman Firdaus!'

Nasruddin mengambil sebuah apel dan memberikannya kepada orang itu. 'Tetapi apel ini sebagian ada kerutnya,' kata orang itu. 'Apel surga tentu serba sempurna!'

'Memang, apel surga itu serba sempurna!' kata Mullah. 'Tetapi mengingat kemampuan Anda sekarang, inilah apel yang paling mendekati apel surga yang akan pernah Anda lihat.'

Dapatkah seseorang berharap dapat melihat apel serba sempurna dengan mata yang tidak sempurna?

Atau, dapatkah seseorang berharap menemukan kebaikan pada orang lain, kalau hatinya sendiri penuh kelobaan?