Tidak mudah menjadi ayah. Namun jabatan Ayah sangat indah dan menyenangkan. Masalahnya adalah tidak ada sekolah yang mengajarkan bagaimana menjadi ayah yang baik dan dapat diandalkan Anak. Butuh usaha ekstra keras, skill dan emosi yang cukup, untuk mewujudkannya. Kami berdua terus berusaha menjadi orangtua lebih baik dengan cara sekolah konseling dan mengikuti pelatihan. Para Ayah dipanggil untuk mengisi tabung panahnya dengan baik. Agar suatu saat anak-anak kita pergi dari rumah mereka bagai anak panah yang siap diluncurkan. Ada beberapa faktor yang perlu kita miliki sebagai seorang Ayah agar dapat diandalkan anak-anak.
Ayah dan Visinya
Setiap Ayah perlu sekali memiliki visi atau tujuan menjadi seorang ayah, juga visi bagi seluruh anggota keluarganya. Visi yang dimaksuda adalah apa yang hendak dicapai seorang Ayah bagi anak-anaknya dan apa yang akan dilakukan sepanjang hidup yang diberikan Allah kepada seorang Ayah. Seorang Ayah yang memiliki Visi akan membuat dia bersemangat menjadi Ayah dan tidak mudah putus asa saat menjumpai kesulitan dalam mengasuh anak. Seorang Ayah perlu punya visi karena dia menjadi pemimpin dan pemberi arah bagi anak dan istri. Apa visi yang ingin Anda wujudkan dalam keluarga Anda? Saya punya visi bagi anak-anak saya, yaitu membangun generasi anak-cucu yang perkasa dan tangguh. Visi ini menjadi sangat penting jika kita mengerti bahwa kita tidak hanya bertanggung jawab atas anak-anak kita, tetapi juga atas cucu kita, cicit, kita, atas generasi ratusan tahun akan datang. Kelak kita tidak saja dikenal sebagai ayah tetapi juga Kakek dan leluhur yang bijak. Jika Anda punya visi sebagai seorang Ayah, akan mampu memotivasi anak-anak memiliki yang sama kelak dalam mendidik cucu-cucu kita.
Ayah mendidik anak mencintai buku
Sebagai seorang Ayah yang bijak, kita perlu mendorong anak-anak gemar belajar dan membaca. Sebab buku adalah jendela informasi yang limpah. Bagi kami buku sudah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan, artinya tiada hari tanpa membaca buku. Dengan menjadi teladan bagi anak-anak dalam membaca, anak-anak tidak sulit buat belajar dan membaca di rmah. Kami membiasakan secara rutin membawa anak-anak ke toko buku dan membelikan bacaan yang baik. Kita patut menyisihkan sebagian pendapatan kita untuk membelikan buku bagi anak-anak. Ayah adalah motivator utama bagi seorang anak mencintai buku. Selain buku pelajaran anak, kita perlu memperkenalkan buku yang membangun iman anak dan pertumbuhan jiwa mereka.
Ayah mengajarkan kerjasama
Anak-anak juga dapat meneladani ayah mereka dalam hal saling membantu dengan ibu mereka. Alangkah indahnya keluarga yang anggotanya saling memperhatikan. Atmosfer itu tidak tumbuh begitu saja, harus diciptakan dan diusahakan terus berlangsung. Saya (wita) tidak dapat melupakan bagaimana Papa membantu Mama jika ia berada di rumah. Kami bersaudara tujuh dan saya anak tertua. Saya kagum karena Papa selalu ada di dekat Mama justru pada masa-masa sulit, yakni waktu kami masih kecil. Waktu itu tidak ada pembantu. Kemungkinan karena mama ingin mengurus anak-anaknya sendiri. Hampir setiap tahun ada adik-adik saya yang lahir. Papa turun tangan hampir di segala lini rumahtangga. Para Ayah sekalian, sadar atau tidak anak-anak memperhatikan dengan seksama bagaimana kita memperlakukan istri atau ibu dari anak-anak kita. Bagaimana kita bekerjasama dengan Istri mengasuh mereka. Hal itulah yang akan ditiru saat mereka berumah tangga.
Ayah teman bermain anak
Hal praktis lain yang dapat kita lakukan untuk menjadi ayah bagi anak-anak kita adalah dengan bermain bersama mereka. Anak laki-laki lebih membutuhkan permainan yang bersifat fisik. Misalnya bergulat, kuda-kudaan, main sepeda, berenang, bulutangkis, sepakbola, adu-panco. Anak yang cerdas biasanya suka permainan yang dimainkan sambil ngobrol dengan Sang Ayah: Catur, halma, ular tangga dan monopoli. Belakangan ini muncul permainan yang disebuat game boy, PlayStation, dan sebagainya. atau olahraga bersama seperti badminton dan lainnya. Bermain hanyalah sarana agar kita bisa berkomunikasi dengan anak. Bermain sambil bercerita akan membangun hubungan bathin kita dengan mereka. Hubungan bathin yang kaya akan membuat anak-anak terhindar dari pengaruh buruk diluar rumah.
Ayah pemimpin spiritual
Sebagai Ayah kita dipanggil menjadi Imam, pemimpin spiritual. Dengan menghadirkan Tuhan dalam pesekutuan keluarga akan membuat anak tumbuh mengenal Tuhan. Belajar taat dan takut akan Tuhan yang dipelajari melalui Firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu ngobrol-ngobrol tentang Tuhan dan doktrin kepada anak-anak, dan mewariskan spiritualitas yang baik kepada mereka.
Belajar dari James Dobson saya mengambil komitmen mengutamakan anak-anak diantara semua aktifitas saya. Dari semua gelar yang diberikan kepada saya, yang paling saya sukai adalah Ayah. Tekad ini menjadi stabiliser yang baik, terutama saat saya sibuk dengan pekerjaan di luar rumah. Bila anak-anak menikmati kita sebagai Ayahnya, maka anak akan mempercayai kita. Dengan demikian anak lebih mudah mentaati kita dan lebih disiplin. Jika kita pernah gagal menjadi Ayah yang baik saat anak masih balita, kita perlu memulihkan hubungan sebelum anak remaja.
Yulianto Simanjuntak.
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com
--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 3/18/2014 01:15:00 AM
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com
--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 3/18/2014 01:15:00 AM