Senin, 11 Agustus 2014

DERITA

(Mencari Makna sebuah Peristiwa)
 
       Ketika mengadakan perjalanan menuju  danau Tondano, saya terkesima dengan  view  yang indah di sepanjang jalan. Di sepanjang jalan kulihat pohon-pohon dan kadang-kadang sawah terhampar bagaikan permandani  (Minggu, 03 Agustus 2014).   Setelah sampai tujuan,  saya hanya berdecak kagum dengan indahnya danau tersebut dan dalam hati saya berpikir, memang pantas dikatakan bahwa Danau ini menjadi  tujuan wisata yang terkenal di Provinsi Sulawesi Utara.
          Sementara   asyik-asyiknya menikmati pemandangan yang indah itu, suasana hati saya berubah, ketika mendengar lagu yang dilantumkan oleh Eddy Silitonga, "Hidupku yang sengsara, penuh dengan penderitaan. Oh Tuhan tolong tunjukkan jalan kehidupan jauhkan cobaan…"  Buku tulisan Arifin Surya Nugroho  dengan judul,  "Biografi Hartini-Sukarno" menulis, "Bapak pernah mengatakan kepada saya, ketika dipenjara oleh Belanda, ia merasa kuat dan tabah. Namun ketika merasa dikhianati oleh bangsanya sendiri dan kemudian ditahan di Wisma Yaso, bapak merasa amat sangat menderita." (hlm. 231).
Derita berasal dari bahasa Sansekerta "dhra" yang berarti  menahan atau menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan semakin berat apabila dialami secara batiniah. Dalam  buku yang berjudul, "Ramayana"  tulisan Nyoman Pendit, misalnya di sana kita bisa melihat   penderitaan   Sinta  di Taman Asoka dalam cengkeraman Rahwana.  Pikiran, jiwa dan hatinya  terus-menerus memikirkan kekasihnya,  Rama. Ibarat seorang gadis yang sedang jatuh cinta, "thinking of you."  Tentu saja Sinta menderita yang amat sangat.
Di sekitar kita banyak orang yang menderita. Dan seolah-olah – jika bisa berkata  – mereka ingin diringkankan penderitaannya. Motto R.S. PGI Cikini – Jakarta, "Sedare dolorem opus divinum est" – meringankan penderitaan adalah pekerjaan ilahi, tentunya tepat untuk melukiskan orang-orang yang berhati mulia. Raoul Follereau (1903 – 1977) – penulis Prancis mencoba melukiskan bagaimana seseorang meringankan penderitaan orang lain. Tulisnya, "Ada istri seorang kusta tinggal di sebuah perkampungan. Dia tidak kusta. Setiap pagi, suami-istri itu bertemu, dari jauh saja. Mereka saling bertatap muka dan tersenyum beberapa detik."  Si kusta itu berkata, "Ketika saya melihat istri saya setiap hari hanya dari dialah saya tahu bahwa saya masih hidup dan hanya untuk dialah saya masih mau hidup."
Penderitaan juga sering dialami oleh mereka yang memohon kepada Dewa Zeus. Permohonannya terkabul, namun kemudian menyesal karena ada "kekilafan" dan akhirnya mengakibatkan penderitaan. Aurora adalah dewi fajar. Ia jatuh cinta kepada Tithonus, manusia yang hidup di jagad ini. Aurora, bermohon agar kekasihnya memiliki hidup kekal seperti dirinya. Mereka berdua hidup bahagia sementara waktu, namun  Aurora lupa minta bagi kekasihnya  "awet muda." Dan pada gilirannya, Tithonus menjadi orang yang paling menderita, ia "awet tua" dan tidak pernah bisa mati. Aurora cantik jelita, sedangkan pada akhirnya kekasihnya tua-opong-peyot.   
Ternyata, derita itu ada pelbagai macam dan beraneka ragam. Hanya bagaimana cara kita meresponnya. Itu saja!
 
Senin, 04 Agustus 2014   Markus Marlon

Website : 
http://pds-artikel.blogspot.com 

--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 8/03/2014 11:03:00 PM