By. Julianto Simanjuntak*)
Perkawinan yang seolah sudah mati bisa ditebus. Namun harus ada rela yang menjadi "agen penebus". Rela membayar harga untuk menebus perkawinan itu dari "rumah gadai" masalah. Perkawinan adalah warisan bernilai bagi keturunan kita. Alangkah indahnya mewariskan (CV) perkawinan yang baik bagi Anak-cucu.
Ilustrasi
Menjelang tahun ajaran baru, seorang Ibu terpaksa menggadaikan beberapa perhiasan kesayangannya. Anak sulungnya harus membayar uang masuk Perguruan Tinggi. Sementara si bungsu harus masuk SMP. Ibu itu tidak memiliki uang yang cukup.
Dengan hati yang berat dia menitipkan perhiasan yang sempat dia tabung dari sisa gaji suaminya di kantor pegadaian yang tak jauh dari rumahnya. Termasuk satu gelang dan anting-anting warisan almarhum ibunya. Tapi ia bertekad, suatu hari dia harus bisa menebus gelang dan anting warisan almarhum ibunya. Baginya itu sangat berharga, dan penuh kenangan.
Untuk bisa menebus kembali perhiasan warisan itu si ibu ini bertekad melamar kerja. Dia pernah lulus sarjana akuntan. Lama dia berhenti kerja demi mengurus anak anak. Setelah mendapat pekerjaan tetap itu, dengan segala upaya, termasuk meminjam dari kantor secara perlahan dia menebus kembali satu demi satu gelang dan anting warisan sang Bunda. Si ibu berhasil menebusnya dan senang luar biasa.
Nilai Keluarga
Perkawinan adalah suatu lembaga yang berharga. Di dalamnya kita mendapatkan identitas. Suami atau istri; ayah atau ibu. Juga sebagai anak, kakak atau adik.
Keluarga adalah berkat terbesar dan bernilai. Di dalamnya kita dilahirkan, dibentuk dan menjadi seseorang hingga berkeluarga. itu sebabnya, dimanapun perkawinan biasanya dirayakan sebagai satu peristiwa penting, bermakna dan bersejarah. Dalam agama tertentu perkawinan itu disertai janji, tidak dapat dipisahkan kecuali kematian.
Perkawinan Bermasalah
Sayangnya Sebagian perkawinan yang dimulai dengan baik, akhirnya retak dan berujung masalah. Ada saja yang tidak diharapkan dan tidak terduga terjadi. Membuat masing-masing merasa tidak tahan untuk melanjutkan pernikahan tersebut.
Namun seberapa bernilai atau berharga perkawinan itu akan menentukan sikap Anda. Mempertahankan atau melepaskan. Mencoba menghidupkan kembali atau membiarkannya mati. "Menebus" ulang atau membiarkannya "tergadai" masalah kehidupan.
Rasanya tidak ada pernikahan yang bebas masalah. Hanya saja mereka yang siap dan dewasa, memanfaatkan konflik dalam keluarga untuk bertumbuh. Menjadikan kesulitan sebagai loncatan agar perkawinan tumbuh lebih baik. Bertahan menjalani kerikil perkawinan, meski sakit. Berusaha memperbaiki jika ada kesalahan atau keretakan disana sini. Sebab masing-masing sadar bahwa Anda menikah dengan orang (pilihan Anda) yang tidak sempurna.
Menebus Perkawinan
Seperti Ibu dalam kisah di atas, perkawinan yang sedang bermasalah perlu "ditebus". Khususnya Perkawinan yang sedang disandera pelbagai masalah. Mungkin pasangan anda berkhianat atau berbuat salah dengan berselingkuh; ada masalah keuangan yang cukup berarti, konflik relasi yang pelik, kepahitan, dlsb.
Memang dalam beberapa kasus perkawinan yang sakit, kadang ada pasangan yang harus rela sementara berpisah dengan orang yang anda cintai. Mungkin itu pisah ranjang, pisah kamar hingga pisah rumah. Kadang perpisahan itu disepakati untuk jangka waktu tertentu. Namun berapa lama?
Dengan sikap hati yang benar, Anda perlu belajar setia mencintai pasangan. Juga menghargai lembaga perkawinan itu sendiri, yang Anda masuki dengan janji. Dengan demikian maka Anda tidak akan rela berpisah terus menerus. Saudara berusaha "menebus", agar cinta perkawinan itu menjadi milik Anda lagi. Mempersatukan kembali dengan pasangan. Ingat, perkawinan jauh lebih mahal dan berharga dari apapun termasuk anting-anting atau perhiasan seperti kisah ibu di atas.
Perkawinan yang seolah sudah mati bisa ditebus. Namun harus ada yang menjadi agen penebus. Rela membayar harga untuk menebus perkawinan itu dari "rumah gadai" masalah. Untuk itu tentu ada harga yang harus dibayar, dan harus ada salah satu yang rela membayarnya. Mungkin itu harga diri, Korban perasaan, mengalahkan keangkuhan, rela minta maaf atau memaafkan, dan siap berdamai.
Meski mahal, untuk menebus kembali cinta perkawinan, hasilnya kelak sangat luar biasa. Ayah dipersatukan kembali dengan putranya. Anak putri bersatu kembali dengan ibunya. Hidup bersama, ya tinggal bersama kembali dengan saling mencintai, itulah sesungguhnya "surga" yang didambakan anak-anak, dan kita sebagai pasangan. Jika Anda membutuhkan terapis atau mediator perkawinan, temuilah.
Penutup
Seorang klien saya telah ditinggal suaminya 23 tahun lamanya. Sang suami menikah dengan WIL nya. Hidupnya ditelantarkan bersama 3 anaknya yang masih kecil.
Namun saat mantan suaminya ini sakit-sakitan, hartanya habis, dia ditinggal perempuan itu. Saat suaminya minta kembali, klien saya menerimanya. Satu kalimat yang berkesan dari klien saya: "Saya menerima suami saya, saya memaafkannya bahkan sejak awal dia mengkhianati saya. Saya rindu agar cucu-cucu saya punya Kakek. Saya mau wariskan CV pernikahan yang baik pada mereka, meski saya pernah gagal".
Perkawinan adalah warisan bernilai bagi anak cucu. Jangan pernah "gadaikan" atau lepaskan mutiara perkawinan anda hanya karena ada masalah. Alangkah indahnya mewariskan (CV) sejarah perkawinan yang baik bagi cucu Anda.
Jika perkawinan anda saat ini sedang di ujung tanduk, cinta telah lama hambar (mati), dan memungkinkan..... tebuslah. perjuangkanlah, meski untuk itu anda harus rela menjadi agen penebus dan membayarnya dengan amat sangat mahal.
Julianto Simanjuntak
(Dari buku KETRAMPILAN PERKAWINAN, Julianto Simanjuntak dan Roswitha Ndraha, LK3)
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com
--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 3/12/2014 05:56:00 AM