Selasa, 12 Agustus 2014

TANGAN


(Kontemplasi  Peradaban)
 
       Dalam setiap peristiwa, tanda tangan memiliki fungsi yang amat vital. Orang yang akan operasi berat, tentu dari pihak Rumah Sakit membutuhkan tanda tangan dari pihak keluarga. Orang yang mengadakan kontrak kerja atau MoU  (Memorandum of Understanding)  hanya akan sahih jika ada tanda tangan.  Semua membutuhkan tanda tangan – kecuali – bagi orang yang  buta huruf, namun tetap menggunakan sidik jari atau cap jempol.
          Tangan memiliki kuasa. Ada tangan yang diurapi dan ada tangan besi untuk memerintah. Lihat saja bagaimana Kaisar-Kaisar Romawi, penguasa otoriter yang kejam itu hanya dengan menggerakkan tangannya bisa menyelamatkan atau membunuh  gladiator  yang menjadi pecundang,  "Verso pollice" – dengan ibu jari ke arah bawah  -  Inilah tanda bahwa  gladiator  yang kalah harus dibunuh. Di dalam tangan seolah-olah terungkap sikap dan keputusan yang berdaulat.
          Dalam hidup harian, kita melihat bagaimana dengan tangan kita bisa berbuat baik dan berbuat jahat. Kata-kata seperti: emansipasi, manipulasi dan  masturbasi  adalah kegiatan yang menggunakan tangan. Orang yang aktif dalam suatu kegiatan dan melibatkan diri disebut sebagai emansipasi (Bhs Latin: e = ke luar + manus = tangan  + capere = mengambil) . Tidak asing di telinga kita yaitu  kata manipulasi yang berasal dari  manipulare (Bhs. Latin:  manus = tangan + plere = mengisi), artinya penyelewengan  / penyalahgunaan / penggelapan.  Lantas, kata masturbasi yang berasal dari   masturbari (Bhs. Latin: manus = tangan + stupere = kotor) memiliki makna tindakan pemuasan nafsu secara mandiri dengan tangannya tentunya.  Dan  dalam bahasa pergaulan,  kita sering mendengar kata: panjang tangan, berpangku tangan, dan lain sebagainya.
          Keaslian dan originalitas serta autentisitas sebuah karya terjadi karena tangan-tangan trampil yang melakukan  (pekerjaan tangan). Kalau kita ke toko batik atau ukiran-ukiran halus buatan tangan, kita bisa terheran-heran,  karena harganya mahal. Mahalnya  mahakarya itu bisa dimengerti karena dibuat oleh tangan, authentic-hand atau  handicraft.  Tidak heranlah jika lukisan Vincent van Gogh (1853 – 1890), Rembrandt (1606 – 1669) atau Affandy yang asli sangat mahal (puluhan bahkan ratusan kali lipat)  dibandingkan dengan lukisan  reproduksi atau tiruan (reproduction of painting).  
          Akhirnya, semua kebaikan dari orang lain seperti gagasan, pemberian materi, keindahan alam haruslah kita terima dengan tangan terbuka. Orang yang menerima tentunya dengan tangan bukan dengan kaki. Kata  terima  itu sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno, "terlima"  yang berarti tertangan, tanggap. (Lima = tangan).
Kamis, 27 Februari 2014   Markus Marlon
  
Sent by PDS 
http://pds-artikel.blogspot.com 

--
Posting oleh PDS - Alumni PIKA ke Artikel pada 2/27/2014 08:30:00 PM