Jumat, 28 Juli 2017

SEJENAK MEMANDANG MANUSIA KAIN KAFAN

Buku : A. Widyamartaya
Ulasan : FX. M. Junarso

"Jiwaku mendahagakan Allah yang Hidup. Bilamana aku akan dapat memandang-Nya dari muka ke muka?" Tulisan Raja Daud - 1000 SM -  Dalam Mazmur 41: 3.



Kata Pengantar
Sudah menjadi dinamika cinta kasih manusia untuk meinggalkan sesuatu sebagai kenang-kenangan, bila akan berpisah dari sahabat atau kerabat yang dicintainya. Dan bagi mereka yang ditinggalkan barang kenang-kenangan itu merupakan barang yang tak ternilai harganya, disimpan, dihormati dan dipuja sebagai pusaka, sepanjang masa.


Bila hal itu benar bagi setiap manusia, tentu juga benar - dan dalam takaran yang melebihi takaran kita semua - bagi Yesus Kristus. Sang Manusia, Allah yang menjelma menjadi manusia.



Sebagai peringatan akan diri-Nya, Yesus telah meninggalkan bagi kita semua pusaka berupa Kitab Sabda-Nya, yang berisi ajaran-ajaran-Nya, teladan-teladan hidup-Nya seperti tertulis dalam injil Yohanes bab 13 - 17; Ia tidak lupa memberikan 7 sabda akhir di atas salib. Ia mengidentikkan diri-Nya dengan orang-orang miskin, orang-orang sakit, orang-orang menderita, orang-orang yang tertindas, orang-orang yang terhina dan terkecil di dunia ini. Mencintai mereka berarti mencintai Yesus sendiri.



Selain Ia telah menerakan wajah-Nya sendiri pada diri orang-orang yang terkecil dan terhina itu, Ia juga telah menerakan wajah-Nya dan seluruh tubuh-Nya pada Kain kafan, yang sekarang terkenal dengan nama Kain kafan Turin. Itulah semua kenang-kenangan yang telah ditinggalkan oleh Yesus Tuhan kita untuk menjadi pusaka dan pegangan hidup kita di dunia, bila kita ingin menjadi murid dan pengikut-Nya di dunia dan akhirat.



Masalah Kain kafan yang disimpan di Turin memang masih banyak dibicarakan. Benarkah Kain kafan Turin adalah Kain kafan yang dulu dipakai untuk membungkus tubuh Yesus? Benarkah manusia yang tergambar dalam Kain kafan Turin itu Yesus sendiri? Sejumlah besar ahli dari pelbagai bidang ilmu pengetahuan menyelediki Kain kafan Turin mengatakan bahwa kafan tersebut adalah kafan Yesus. Noda-noda pada Kain kafan Turin sungguh-sungguh bekas darah. Tak mungkin bahwa seorang pelukis dari abad 14 atau sebelumnya dapat menciptakan lukisan yang sedemikian sempurna. Paus Pius XI sendiri merasa bahwa tak mungkin kain itu dibuat oleh tangan manusia. Di lain pihak, tetap ada sarjana, baik Katolik maupun Protestan, yang menolak pendapat itu.



Lepas dari masalah autentisitas Kain kafan Turin, lepas dari keragu-raguan yang masih ada pada sementara sarjana, hal yang tidak dapat diragukan lagi ialah bahwa Kain kafan Turin merupakan peringatan, peringatan yang sangat mujarab, akan Orang yang dihormati oleh seluruh umat manusia, yang beriman maupun yang tidak beriman. Kain kafan itu mempunyai pesan bagi setiap orang. Satu hal lagi yang tak dapat disangsikan ialah bahwa wajah-Nya telah ditanamkan-Nya dalam wajah semua saudara-Nya dan saudara-saudara kita, terutama mereka yang tidak terhitung, yang diabaikan dan tersisihkan karena egoisme dan kesombongan sementara orang. Wajah manusia Kain kafan mempunyai kekuatan untuk menanamkan dalam hati kita semua jiwa kepahlawanan dan kesetiakawanan dengan semua saudara kita, lebih-lebih mereka yang terkecil dan terhina.



Paus Paulus VI, pada saat siaran televisi tentang Kain kafan Turin pada tanggal 23 November 1973, menyampaikan amanat yang antara lain isinya mengatakan, "Wajah Kristus yang tertera di dalamnya, bagiku tampak lebih nyata, lebih dalam, lebih manusiawi dan ilahi daripada gambar mana pun juga yang kita kagumi dan hormati. Melihat gambar Kain kafan itu kita benar-benar terpesona sedalam-dalamnya. Lepas dari penilaian ilmiah dan historis dari para sarjana yang kompeten, kami tidak dapat tidak berdoa agar para penyelidik itu tidak hanya berhasil menyelidiki secara intensif peninggalan-peninggalan lahir dari Penebus kita, yaitu raut muka dan tubuh-Nya, tetapi juga dapat menembus semakin mendalam lagi ke dalam misteri-Nya yang demikian mempesonakan...."




Buku ini menyajikan hasil-hasil penyelidikan Kain kafan secara sederhana, dilengkapi dengan beberapa gambar yang penting-penting. Bukan maksud buku ini untuk menjadi buku ilmiah. Penyusun bukannya seorang ahli. Juga belum pernah mengikuti ceramah-ceramah tentang Kain kafan Turin. Buku kecil ini ditulis hanya berdasarkan pengetahuannya yang diperoleh pada waktu ada pemutaran slide-slide Kain kafan Turin di Yogyakarta dan berdasarkan buku Jose F. Hernandez, The Man in the Shroud: Was He Jesus Christ?, Sinag-Tala Publisher, Inc., Manila, serta artikel-artikel yang terdapat dalam majalah Hidup No. 12/1981 dan No. 10/1982. Dengan serba sedikit yang disajikan dalam buku ini dan dengan segala kekurangannya, mudah-mudahan buku kecil ini dapat membantu umat kristiani untuk semakin mendalami misteri Penyelamatan umat manusia, yaitu Yesus Kristus, semakin meresapi iman yang telah kita peroleh dalam Baptis, yaitu bahwa Allah Bapa telah memberikan Putera-Nya yang Terkasih, Yesus Kristus, agar manusia dapat selamat dari dosa dan tidak akan binasa untuk selama-lamanya, tetapi beroleh hidup bahagia kekal abadi; bahwa sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus adalah episentrum tindak penyelamatan Allah; bahwa wafat dan kebangkitan-Nya merupakan kabar baik tentang penyelamatan manusia yang telah dilaksanakan; bahwa manusia tidak dapat sampai kepada Bapa bila tidak melalui Putera-Nya, Yesus Kristus, dan bahwa manusia harus mati bersama dan dalam Yesus Kristus agar dapat bangkit bersama dengan Yesus Kristus.

___

Menurut tradisi, sesudah kebangkitan Yesus, St Yudas Tadeus mendapatkan kain kafan Tuhan, yang oleh sebagian besar orang diyakini sebagai Kain Kafan Turin. Pada akhirnya, St Yudas membawanya ke Edessa, sekarang Turki. Dari sana, ia menjelajah hingga ke daerah Armenia. Ritus Armenia menelusuri asal-muasalnya dari St Yudas Tadeus.